25 Oktober 2017

BAYANGAN KESESATAN DARI INFORMASI HOAX



BAYANGAN KESESATAN DARI INFORMASI HOAX

Pada era kemajuan teknologi informasi komunikasi seperti sekarang ini dapat memberikan dampak positif maupun negatif. Penyampaian informasi di era digital sangat cepat, setiap orang dengan mudah memproduksi, mengirim dan mengunggah informasi melalui beberapa media sosial seperti facebook, twitter, whatsapp, instagram dan lain sebagainya yang tidak semua dapat difilter dengan baik. Informasi yang dikeluarkan perorangan, kelompok, instansi maupun badan usaha melalui media sosial dan media elektronik dibaca oleh orang banyak. Informasi yang diberikan dapat mempengaruhi perasaan, pikiran, tindakan, serta emosi perseorangan maupun kelompok. Penyampaian nformasi hoax dan tidak akurat serta provokatif sangat disayangkan karena dapat membuat pembaca menjadi berfikiran dan beropini negatif terhadap seseorang, kelompok, instansi, dan badan usaha. Penggiringan ke arah Opini negatif cenderung merugikan pihak yang diberitakan, membuat fitnah dan menyebar kebencian sehingga membuat orang menjadi terancam, takut, merusak reputasi, dan menimbulkan kerugian materi.
Hoax menurut wikipedia adalah “informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya”. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Halim, E (2017) menjelaskan bahwa hoax yaitu suatu berita atau pernyataan yang memiliki informasi yang tidak valid atau berita palsu yang tidak memiliki kepastian yang sengaja disebarluaskan untuk membuat keadaan menjadi heboh dan menimbulkan ketakutan. Informasi hoax sangat meresahkan karena membuat kehidupan bermasyarakat kurang kondusif. Apalagi mendekati momen-momen tertentu misalkan: pilkada, pilpres, dan pemilihan anggota DPR. Informasi saling menghujat, memfitnah, mendeskreditkan golongan tertentu, dan menjelek-jelekkan baik perseorangan maupun lembaga membuat masyarakat menjadi bingung dan menganggap seseorang, golongan, instansi dan lembaga itu buruk tidak patut dipilih dan diikuti.
Tujuan menyebar informasi hoax menurut Halim, E (2017) yaitu: (1) pembuang-buang waktu, (2) sebagai pengalihan isu, (3) sebagai penipuan publik, dan (4) sebagai pemicu kepanikan publik. Maksud pembuang waktu disini yaitu penyebar informasi hanya iseng-iseng semata tanpa dipikirkan baik buruknya dan benar tidaknya informasi tersebut. Lebih lanjut dijelaskan oleh Halim, E (2017) informasi hoax sebagai pengalih isu biasanya dilakukan oleh penjahat internet yang biasa disebut cyber crime. Hoax biasa dimanfaatkan sebagai pelancar aksi kejahatan mereka di internet atau di sosial media. Sebagai contohnya, para penjahat cyber akan mengirimkan sebuah hoax yang berisikan bahwa telah terjadi kerentanan sistem dalam pelayanan internet seperti gmail dan ymail. Lalu, para penjahat tersebut akan mengirimkan sebuah tautan berupa link kepada para user atau pengguna yang berisikan saran meng-klik tautan tersebut agar akun pengguna akan terhindar dari kerentanan sistem gmailataupun ymail. Padahal, pada kenyataanya tautan tersebut merupakan virus yang bisa membajak gmail maupun ymail para pengguna yang biasa kita sebut hacking.
Halim, E (2017) juga menjelaskan Informasi hoax sebagai penipuan publik bertujuan untuk menarik simpati masyarakat yang percaya dengan hoax tersebut, kemudian dianjurkan untuk menyumbangkan sejumlah uang. Banyak orang yang akhirnya tertipu dengan hoax tersebut dan pada akhirnya terlanjur mengirimkan sejumlah uang yang sangat besar. sedangkan informasi hoax sebagai pemicu kepanikan publik yaitu memuat berita yang merangsang kepanikan khalayak publik, dan beritanya berisikan tentang tindak kekerasan atau suatu musibah tertentu. Salah satu contohnya adalah hoax tentang kecelakaan hilangnya pesawat Garuda Indonesia dengan tujuan Jakarta ke Palu beberapa waktu lalu. Hoax ini begitu cepat menyebar sampai media massa maupun media online harus mengklarifikasi berita tersebut agar masyarakat tidak panik ataupun percaya dengan hoax tersebut.
Menurut Eko Nugroho Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax dalam Surahmin, I (2017) menguraikan lima langkah sederhana yang bisa membantu dalam mengidentifikasi mana berita hoax dan mana berita asli. Berikut penjelasannya: pertama, hiati-hati dengan judul provokatif. Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoax. Oleh karenanya, apabila menjumpai berita denga judul provokatif, sebaiknya Anda mencari referensi berupa berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda. Dengan demikian, setidaknya Anda sebabagi pembaca bisa memperoleh kesimpulan yang lebih berimbang. Kedua, cermati alamat situs. Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi -misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan. Ketiga, periksa fakta. Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri? Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.
Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh. Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif. Keempat, cek keaslian foto. Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca. Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan. Kelima, ikut serta group diskusi anti hoax. Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci. Di grup-grup diskusi ini, netizen bisa ikut bertanya apakah suatu informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain. Semua anggota bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga banyak orang.
Apabila menjumpai informasi hoax sebaiknya kita mencegah dan melaporkannya melalui sarana yang tersedia disetiap media. Tujuannya, agar informasi tersebut tidak menyebar lebih luas lagi. Surahmin, I (2017) menjelaskan bagaimana melalorkan informasi hoax di beberapa media. Pertama, untuk media sosial Facebook, gunakan fitur Report Status dan kategorikan informasi hoax sebagai hatespeech/harrasment/rude/threatening, atau kategori lain yang sesuai. Jika ada banyak aduan dari netizen, biasanya Facebook akan menghapus status tersebut. Kedua, untuk Google, bisa menggunakan fitur feedback untuk melaporkan situs dari hasil pencarian apabila mengandung informasi palsu. Twitter memiliki fitur Report Tweet untuk melaporkan twit yang negatif, demikian juga dengan Instagram. Ketiga, bagi pengguna internet Anda dapat mengadukan konten negatif yang diterima dan informasi hoax ke Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan melayangkan e-mail ke alamat aduankonten@mail.kominfo.go.id. Masyarakat Indonesia Anti Hoax juga menyediakan laman data.turnbackhoax.id untuk menampung aduan hoax dari netizen. TurnBackHoax sekaligus berfungsi sebagai database berisi referensi berita hoax.
Beberapa cara untuk mencegah berita hoax melalui leterasi media dan penggunaan internet sehat. Literasi media sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada pengguna media tentang penyerapan informasi yang didapatkan, sehingga informasi yang diharapkan sesuai dengan kenyataan. Menurut Abder, dkk (2017) menjelaskan bahwa Literasi media adalah perspektif yang dapat digunakan ketika berhubungan dengan media agar dapat menginterpretasikan suatu pesan yang disampaikan oleh pembuat berita. Juga  dalam pengertian lainnya yaitu kemampuan untuk mengevaluasi dan menkomunikasikan informasi dalam berbagai format termasuk tertulis maupun tidak tertulis. Gerakan literasi media khususnya internet sehat muncul sebagai wujud kepedulian masyarakat terhadap dampak buruk media internet. Perkembangan internet selain memberikan dampak positif pada kehidupan manusia juga memiliki dampak negatif. Beberapa dampak negatif tersebut diantaranya adalah mengurangi tingkat privasi individu, dapat meningkatkan kecenderungan potensi kriminal, dapat menyebabkan overload-nya informasi, dan masih banyak lagi.
Abder, dkk (2017) menjelaskan bahwa tujuan gerakan internet sehat adalah untuk memberikan pendidikan kepada pengguna internet untuk menganalisis pesan yang disampaikan, mempertimbangkan tujuan komersil dan politik dibalik citra atau pesan di internet dan meneliti siapa yang bertanggungjawab atas pesan yang diimplikasikan itu. Oleh karena itu, agar gerakan internet sehat dapat berjalan secara optimal maka sangat diperlukan pendidikan berinternet salah satunya adalah pendidikan etika berinternet. Pendidikan internet lebih pada pembelajaran tentang etika bermedia internet, bukan pengajaran melalui media. Pendidikan etika bermedia internet bertujuan untuk mengembangkan baik pemahaman kritis maupun partisipasi aktif, sehingga anak muda sebagai konsumen media internet memiliki kemampuan dalam membuat membuat tafsiran dan penilaian berdasarkan informasi yang diperolehnya.
Untuk mengantisipasi diri kita ikut tersesat dalam informasi hoax didahului dengan sikap jangan mudah percaya dan menerima informasi secara mentah. Analisa terlebih dahulu sumbernya dan diskusikan dengan teman sejawat ataupun pimpinan tentang kebenaran informasi tersebut. Hal lain yang dapat dilakukan adalah menelusuri sumber dari mana informasi tersebut berasal apakah dari web, blog, fb, wa, dan situs yang bisa dipercaya atau tidak. Apabila kita menerima informasi secara mentah kemudian langsung percaya dengan informasi tersebut maka bisa membuat kita ikut tersesat dengan informasi yang salah.
Saya pribadi pernah menerima berita hoax tentang promo 2 tiket gratis dari salah satu maskapai ternama di Indonesia untuk 200 pengguna layanan yang beruntung melalui website http://wonderoffers.co/indonesia/. Karena saya terkadang menggunakan maskapai ini untuk perjalanan dengan tanpa berfikir panjang saya langsung mengikuti program itu. Dan saya bagikan informasi tersebut ke group teman-teman saya. Setelah saya masuk ke website tersebut ternyata saya disuruh memasukkan beberapa data mulai dari data pribadi sampai dengan alamat email. Ternyata ketika saya bagikan ke beberapa group, ada teman saya yang memberikan penjelasan bahwa informasi tersebut tidak benar atau hoax. Teman saya juga menunjukan alamat website untuk konfirmasi informasi tersebut bahwa informasi tersebut tidak benar. Saya merasa malu karena sudah menyebarkan informasi yang tidak benar ke teman-teman saya. Dengan pengalaman tersebut maka saya sekarang lebih berhati-hati dalam menerima informasi. Saya telaah dulu dan dicari sumbernya. Kalau informasi itu memang benar atau valid maka saya bisa mempercayainya. Sekali lagi hati-hati dengan informasi yang kita dapat, telaah dulu dan cari kebenaran dari sumbernya. Jangan sampai kita ikut tersesat dengan informasi yang tidak benar dan membuat kita berbuat sesuatu yang tidak benar pula.



Daftar Rujukan

Abner, dkk. 2017. Penyalahgunaan Informasi/Berita Hoax di Media Sosial. https://mti.binus.ac.id/2017/07/03/penyalahgunaan-informasiberita-hoax-di-media-sosial/. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2017.

Halim, E. 2017. Pengaruh Hoax Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbahaya. https://www.kompasiana.com/eikalhalimn/pengaruh-hoax-dalam-kehidupan-bermasyarakat-berbahaya_58fd66f5d6937388063dcc89. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2017.

Pemberitaan palsu https://id.wikipedia.org/wiki/Pemberitaan_palsu. Diakses pada tngaal 18 Oktober 2017.

Surahmin, I. 2017.  Cara Mengatasi Berita Hoax di Dunia Maya. http://zonasultra.com/ini-cara-mengatasi-berita-hoax-di-dunia-maya.html Diakses Pada Tanggal 19 oktober 2017.


Aksi Nyata Modul 3.3

  Aksi Nyata Modul 3.3. Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid Oleh: Achmad Hufron, S.Pd.Jas CGP Angkatan 2 Kabupaten Kebumen F...