17 Januari 2016

DIMENSI-DIMENSI SOSIAL PADA HUMAS, SERTA PEMROGAMAN YANG EFEKTIF PADA TINGKAT KOTA/KABUPATEN DAN TINGKAT SEKOLAH



MAKALAH

DIMENSI-DIMENSI SOSIAL PADA HUMAS, SERTA PEMROGAMAN YANG EFEKTIF PADA TINGKAT KOTA/KABUPATEN DAN TINGKAT SEKOLAH


 
Penulis:
ACHMAD HUFRON
ANGGA MEIFA WILIANDANI
ENIS PURNAWANTI


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Hubungan masyarakat atau Public Relations adalah suatu usaha yang sengaja dilakukan, direncanakan secara berkesinambungan untuk menciptakan saling pengertian antara sebuah lembaga/institusi dengan masyarakat. Humas (PR) adalah sebuah seni sekaligus ilmu sosial dalam menganalisa kecenderungan, meramalkan konsekuensinya, memberikan pengarahan kepada pimpinan institusi/lembaga dan melaksanakan program-program terencana yang dapat memenuhi kepentingan baik institusi maupun lembaga tersebut maupun masyarakat yang terkait.
 Getzel and Guba (dalam Kowalski: 2004) menjelaskan bahwa internal sistem sosial memiliki dua kelas dari keadaan bebas namun interaktif dan mempengaruhi perilaku anggota organisasi, yaitu: (1) institusi  dan (2) individu. Argyris and Schon (dalam Kowalski: 2004) ciri orang yang mampu beradaptasi adalah mereka yang mampu mengidentifikasi dan mengoreksi kesalahan, menyelesaikan masalah, serta mampu menyimpulkannya sendiri. Penyimpulan tersebut merupakan deskripsi atas umpan balik dari proses sebuah sistem dan keadaan yang stabil, kontrol yang tinggi, dan sistem organisasi yang masuk akal. Yang paling penting dari kondisi ini adalah merubah tingkah laku. Pemahaman yang luas akan sangat berguna pada keadaan yang komplek dalam  penguasaan tingkah laku dan tindakan yang sudah teruji untuk menentukan apakah mereka memiliki kontibusi terhadap suatu permasalahan.
Untuk mewujudkan public relation di tingkat Kota/Kabupaten dan sekolah dibutuhkan program-program Humas yang efektif. Program humas yang efektif di tingkat Kabupaten/Kota dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan penguasa, situasi politik, teknologi, dan komunikasi antara pemimpin dengan masyarakat.
Masyarakat merupakan komponen utama dalam terselenggaranya proses pendidikan. Kontribusi masyarakat di lingkungan sekolah sangat perlu dioptimalkan sebagai upaya pemberdayaan dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah dengan paradigma pendidikan yang baru. Masyarakat dapat memberikan sumbangsihnya kepada sekolah dengan memberikan masukan-masukan terutama dalam penyusunan program-program sekolah yang efektif.             Dalam era ini humas sebagai salah satu fungsi manajemen dalam lingkungan pemerintah kabupaten atau kota perlu tetap dipertahankan bahkan harus ditingkatkan perannya. Peningkatan perannya dengan jalan memperbarui dan menyesuaikan konsep humas pemerintah yang selama ini kita kenal, dan menerapkan konsep public relations dalam manajemen modern selaras tuntutan dan tantangan era orde reformasi, era masyarakat informasi dan era otonomi daerah.

B.       Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi topik masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut.
1.        Apakah pengertian dari Hubungan Masyarakat (Humas)?
2.        Apakah pengertian dari dimensi sosial?
3.        Apa saja kegiatan-kegiatan Humas?
4.        Apakah fungsi dari Humas?
5.        Apa saja tugas dari Humas?
6.        Bagaimanakah pemrogaman Humas yang efektif di tingkat Kabupaten/Kota?
7.        Bagaimanakah pemrogaman Humas yang efektif di tingkat Sekolah?

C.      Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.        Mengetahui pengertian dari Hubungan Masyarakat (Humas).
2.        Mengetahui dimensi sosial.
3.        Mengetahui kegiatan-kegiatan Humas.
4.        Mengetahui fungsi dari Humas.
5.        Mengetahui tugas Humas.
6.        Mengetahui pemrogaman Humas yang efektif di tingkat Kabupaten/Kota.
7.        Mengetahui pemrogaman Humas yang efektif di tingkat Sekolah.


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Hubungan Masyarakat (Husemas)
Ada beberapa pengertian humas, menurut para ahli diantaranya menurut :
1.        Frank Jefkins
“Humas adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun keluar, antara organisasi dengan khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian” (Kowalski: 2004).
2.        Paul W. Garret
“Humas adalah suatu sikap pikiran yang mendasar, suatu filsafat manajemen, yang dengan sengaja dan mandiri menempatkan kepentingan masyarakat luas lebih dulu dalam setiap keputusan yang mempengaruhi operasi suatu perusahaan” (Kowalski: 2004).
3.        J.C. Siedel
“public relation (Humas) adalah proses yang berjalan terus menerus, dimana manajemen berusaha untuk memperoleh good will dan pengertian dari para pegawai, langganan, dan masyarakat luas. Ke dalam melalui analisa, dan keluar melalui jalan menggunakan pernyataan. Jadi bahwa dalam pelaksanaan hubungan masyarakat merupakan suatu proses yang terencana yang berkesinambungan guna memperoleh itikad baik dari semua pihak, baik kepada pihak internal (Kepala sekolah, guru, petugas) maupun kepada pihak eksternal (orang tua, masyarakat)”
4.        W. Emerson Reck (dalam Burlingame, Dwight. 1990: 16) “Public relations is the continued process of keying policies, services and actions to be the best of interest of those individual and groups whose confidence and goodwill an individual or institutions covets and secondly, it’s the interpretation of these policies, services and actions to assure complete understanding and appreciation”. Dari pengertian ini dapat diketahui bahwa public relation (Humas) adalah pelaksanaan kebijaksanaaan, pelayanan dan sikap adalah untuk menjamin adanya pengertian dan penghargaan yang sebaik-baiknya.
5.        Soetopo dan Soemanto (Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas pendidikan Indonesia: 2008), Hubungan sekolah dan Masyarakat diartikan sebagai suatu proses komunikasi dengan tujuan meningkatkan pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dan praktik pendidikan serta berupaya dalam memperbaiki sekolah.

B.       Dimensi-Dimensi Sosial pada Humas
Dimensi sosial merupakan dimensi yang pada dasarnya setiap individu diharapkan dapat bersisoalisasi dengan lingkungannya dengan dasar-dasar yang baik agar perkembangan selanjutnya tidak meninggalkan bibit-bibit perpecahan antara satu dengan yang lainnya demi terciptanya masyarakat yang lebih kondusif.     Perkembangan dimensi sosial dapat kita amati dari berbagai sisi, antara lain:
1.        Perkembangan Dimensi Sosial
Bidang ilmu psikologi dan sosial menganalisis pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku individu maupun kelompok dalam masyarakat, psikologi sosial membantu kita memahami perilaku yang etis dalam ruang lingkup masyarakat yang baik. Proses terbentuknya dimensi sosial dan perkembangannya dalam pendidikan, dimensi kesosialan pada diri manusia, tampak lebih jelas, pada dorongan untuk bergaul dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya, sebagai anggota suatu masyarakat seseorang berkewajiban untuk berperan dan menyesuaikan diri serta bekerjasama dengan masyarakat.
2.        Faktor Di Bidang Pendidikan
Sedemikian istimewanya sekolah telah menjadi rutinitas yang harus dijalani orang-orang muda yang hendak mengubah kedudukannya dalam susunan masyarakat. Sekolah sebagai tempat agen perubahan (agent of change) dicetak. Manusia dilahirkan sebagai suku bangsa tertentu, perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat menyangkut nilai-nilai sosial, pola perilaku, organisasi, lembaga kemasyarakatan, lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, yang terjadi secara cepat atau  lambat memiliki pengaruh mendasar bagi pendidikan.
C.      Kegiatan-Kegiatan Humas
Kegitan humas pada hakikatnya adalah kegiatan berkomunikasi dengan berbagai macam simbol komunikasi,verbal maupun non verbal. Kegiatan komunikasi verbal, sebagian besar adalah pekerjaan mulai dari menulis proposal, artikel, progress report, menulis untuk presentasi, menulis untuk pers (press release),membuat rekomendasi dan sebagainya. Sedangkan verbal lisan antara lain jumpa pers, guest guide/open huose, announcer, presenter, desk informations dan sebagainya. Kegiatan komunikasi non verbal meliputi penyelenggaraan pameran, seminar, special event, riset/penelitian, pers kliping dan sebagainya.
Kegiatan terbesar humas adalah menulis, editing, media relations, special event, berbicara, produksi, riset, programming, dan konsultasi. Sedangkan penggunaan kegiatan yang menggunakan waktu terbesar adalah untuk koordinasi,perencanaan, dan negosiasi.
            Kegiatan-kegiatan kehumasan meliputi;
1.        customer relations seperti membangun hubungan baik dengan pihak luar, maksudnya menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan publik dan hubungan dengan konsumen.
2.        Employee relations, seperti membangun hubungan antara pimpinan dengan bentuk kerjasama dan komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan.
3.        Community relations, seperti membangun hubungan baik dengan pihak-pihak yang selama ini telah melakukan kerja sama dengan perusahaan yang kita wakili, menjaga hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar perusahaan dan komunitas-komunitas masyarakat tertentu.
4.        Government relations, seperti menjalin hubungan yang baik dengan pemerintah.
5.        Media Relations, seperti menjalin hubungan baik dengan media, karna kerja humas tidak akan pernah berhasil tanpa adanya kerjasama yang baik dengan media, jadi hubungan itu harus dijaga dengan baik dan tidak ada yang dirugikan.



Hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh seorang humas adalah:
1.        Menyalahgunakan kepercayaan, ini dapat berupa membocorkan rahasia, korupsi.
2.        Memberikan informasi-informasi yang tidak dapat dipertanggung jawabkan, yang sumbernya tidak jelas dan tidak dapat dicek.
3.        Mengadakan kerja sama dengan individu atau kelompok yang dapat merugikan individu-individu lainnya, baik dari segi moral maupun segi lainnya.
4.        Menggunakan metode-metode, cara-cara, teknik-teknik manipulasi yang dapat mengakibatkan sseorang atau orang akan kehilangan kebebasannya untuk bertindak sebagai respons terhadap tindakan-tindakan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

D.      Fungsi-Fungsi Humas
Menurut  Djanalis Djanaid (dalam Misdaniar: 2013) disebutkan dua fungsi PR yaitu :
1. Fungsi Konstruktif
Dianalogikan sebagai “penata jalan“. Jadi, humas merupakan “garda” terdepan yang dibelakangnya terdiri dari “rombongan” tujuan-tujuan perusahaan. Peranan humas dalam hal ini mempersiapkan mental publik untuk menerima kebijakan organisasi untuk mengetahui kepentingan publik, mengevaluasi perilaku publik maupun organisasi untuk direkomendasikan kepada manajemen, menyiapkan prakondisi untuk mencapai saling pengertian, percaya dan saling membantu terhadap tujuan-tujuan publik atau organisasi yang diwakilinya.

2. Fungsi Korektif
Berperan sebagai pemadam kebakaran, yakni apabila sebuah organisasi atau lembaga terjadi masalah-masalah atau krisis dengan publik, maka humas harus berperan dalam mengatasi terselesaikannya masalah tersebut.
Sementara Cutlip and Center (dalam Misdaniar: 2013) mengatakan bahwa fungsi PR meliputi hal-hal berikut:
a.         Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi.
b.        Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik dengan menyebarkan informasi dari perusahaan kepada publik dan menyalurkan opini publik pada perusahaan.
c.         Melayani publik dan memberikan nasehat kepada pimpinan organisasi untuk kepentingan umum. Membina hubungan secara harmonis antara organisasi dan publik,baik internal maupun eksternal.

E.       Tugas-Tugas Humas
Ada 3 tugas humas menurut Misdaniar (2013) dalam organisasi yang berhubungan erat dengan tujuan dan fungsi humas yakni :
1.        Menginterpretasikan, menganalisis dan mengevaluasi kecenderungan perilaku publik, kemudian direkomendasikan kepada manajemen untuk merumuskan kebijakan organisasi.
2.        Mempertemukan kepentingan organisasi/lembaga dengan kepentingan publik.
3.        Mengevaluasi program-program organisasi/lembaga, khususnya yang berkaitan dengan publik.

F.       Program-Program Efektif Humas Di Tingkat Kota/ Kabupaten
Dalam perspektif pengorganisasian Humas dapat dibagi menjadi tiga tingkat perencanaan untuk menentukan program yang bertujuan untuk mengontrol, bertanggungjawab dan mengevaluasi sejauhmana program ini telah direncanakan. Tiga konsep dasar pengorganisasian yang dapat digunakan untuk menentukan bagaimana layanan humas akan diberikan dan dilaksanakan, yaitu:
1.        Centralization (Pemusatan)
Pengorganisasian ini mempunyai keuntungan efisiensi teknis, yaitu dengan membatasi fungsi humas kepada satu atau dua orang petugas kantor pusat yang memiliki pengetahuan dan keahlian yang diperlukan.
2.        Decentralization (Desentralisasi)
Kepala Sekolah dan petugas humas diberi kekuasaan untuk mengontrol dan bertanggungjawab dalam melaksanakan kegiatan kehumasan.


3.        Integration (Integrasi)
Humas membagi kontrol dan peran tanggungjawab kehumasan antara kabupaten dan administrator sekolah.

Kegiatan kehumasan di tingkat Kabupaten dikoordinasikan oleh unit organisasi yang disebut pusat komunikasi kegiatan kehumasan tingkat kabupaten yang memberi informasi antara lain:
1.        Struktur organisasi,
2.        Pernyataan visi misi,
3.        Kalender tahunan,
4.        Ringkasan hukum dan kebijakan yang relevan,
5.        Distribusi kebijakan,
6.        Layanan informasi,
7.        informasi orang tua,
8.        Televisi dan video produksi,
9.        Media massa/acara khusus,
10.    Program kemitraan dan relawan.

Fungsi utama dalam mengembangkan humas di tingkat Kabupaten :
1.        Mendefinisikan keadaan masyarakat : demografi, pendapatan masyarakat, umur, suku, jenis kelamin, lokasi, jenis pekerjaan, hobi, gaya hidup, dan hubungan dalam berorganisasi.
2.        Mendefiniskan keadaan kabupaten, :
3.        Mendefinisikan tentang potensi suatu daerah,
4.        Mengambangkan visi misi yang sama,
5.        Mengembangkan tujuan yang akan dicapai,
6.        Mengembangkan pesan-pesan dan motto dari suatu daerah,
7.        Menetapkan anggaran,
8.        Menentukan prosedur evaluasi.



Aplikasi dan strategi dalam mengembangkan humas di tingkat kabupaten:
1.        Mengangkat petugas khusus kehumasan,
Seorang petugas humas mempunyai tugas yang sangat luas, harus bisa menjadi perencana, analis, ahli komunikasi, manager, dan bahkan evaluator.
2.        Menciptakan sebuah divisi humas,
3.        Menentukan ruang lingkup komunikasi,
4.        Bekerjasama dengan media,
5.        Efektif merencanakan pertemuan dengan masyarakat,
6.        Mendorong partisipasi warga,
7.        Mempersiapkan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

G.      Program-Program Efektif Humas Di Sekolah
                Di tingkat sekolah, sebuah program PR yang efektif bukanlah "penambahan" cerminan dari visi bersama didasarkan pada peluang yang luas untuk berpartisipasi, kepercayaan, dan saluran komunikasi yang terbuka.             Pemodelan perilaku PR yang tepat merupakan langkah yang efektif menuju mendapatkan orang lain untuk berbuat hal yang sama. Hal ini juga penting untuk memperhatikan dan menghargai perilaku seperti ketika orang lain menunjukkan hal itu. Ketika iklim organisasi kondusif untuk hubungan manusia yang baik, secara umum, sangat tepat untuk memulai upaya PR terpadu yang akan melibatkan perencanaan dan mengidentifikasi orang-orang untuk melakukan tindakan yang diperlukan keluar. Berikut ini adalah pembuatan program PR di tingkat sekolah :

1.   Membentuk Komite Sekolah
            Istilah komite sekolah saat ini mirip dengan istilah POMG dan BP3 dulu. Komite sekolah merupakan suatu badan atau lembaga nonpolitis dan nonprofit. Komite ini dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan pendidikan pada tingkat sekolah. Mereka bertanggung jawab membantu sekolah dalam peningkatan kualias pendidikan di sekolah. Tugas utama komite sekolah ialah membantu penyelanggaraan pendidikan di sekolah dalam kapasitasnya sebagai pemberi pertimbangan, pendukung program, pengontrol, dan bahkan mediator. Untuk memajukan pendidikan di sekolah, komite sekolah membantu sekolah dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar, manajemen sekolah, kelembagaan sekolah, sarana dan prasarana sekolah, pembiayaan pendidikan, dan mengkoordinasikan peran serta seluruh lapisan masyarakat. Kedudukannya sebagai mitra sekolah.
           
2.    Mengembangkan Rencana Humas
            Sebuah langkah penting dalam mengembangkan program PR yang efektif di tingkat sekolah adalah penciptaan rencana Humas. Rencana PR yang efektif biasanya membutuhkan pengembangan petugas dan penelitian, yang keduanya harus didukung oleh kepala sekolah.
            Dalam mengembangkan baik tingkat sekolah atau kabupaten rencana PR, Grossman (Kowalski: 2004) merekomendasikan mengikuti proses empat langkah dasar:
1.        Penelitian-memberikan analisis mendalam dari hubungan dengan seluruh publik internal dan eksternal.
2.        Aksi rencana-pengembangan tujuan PR, tujuan, dan strategi yang selaras dengan misi dan tujuan secara keseluruhan.
3.        Komunikasi-melakukan tugas yang diperlukan untuk berhasil menyelesaikan tujuan dan sasaran yang telah direncanakan.
4.        Evaluasi-menyelidiki keputusan terakhir untuk menentukan dampaknya terhadap masa depan.

            Dari empat konsep pemikiran tersebut, Grossman (Kowalski: 2004) menawarkan proses 10 langkah untuk mengembangkan rencana humas untuk kabupaten sekolah. Dengan beberapa perubahan, ini bisa menjadi proses yang efektif untuk komite PR bangunan tingkat. Langkah-langkah dari proses ini adalah:
1.             Kaji kebijakan atau manajemen-Mulailah dengan pertemuan dengan departemen hubungan masyarakat kabupaten untuk menentukan prioritas untuk sekolah tingkat PR. Tujuan PR harus membantu dalam mencapai tujuan dan sasaran tersebut.
2.             Melakukan penelitian-Sebelum internal dan eksternal mengembangkan rencana, panitia harus penelitian untuk menentukan bagaimana mereka dilihat oleh publik internal dan eksternal. Menggunakan survei, data sensus, umpan balik dari orang tua dan masyarakat, dan bentuk lain dari penelitian, menentukan reputasi saat sekolah dengan menganalisis informasi yang dikembangkan melalui pertanyaan-pertanyaan berikut: Apa isu-isu saat ini di masyarakat? Siapa publik kami, dan apa gambar mereka dari sekolah kami? Apa isu-isu baru mungkin timbul di masa depan?
3.             Mengembangkan hubungan masyarakat sasaran dan tujuan-Menggunakan penilaian dan penelitian dari langkah-langkah awal dari proses, mengembangkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang untuk hubungan masyarakat. Tujuan ini harus ia dikembangkan oleh sebuah komite yang mewakili administrasi sekolah, fakultas, orang tua, anggota masyarakat, dan lain-lain yang memiliki kepentingan di sekolah.
4.             Mengidentifikasi publik-Target publik sasaran adalah kelompok-kelompok dalam masyarakat sekolah yang perlu didekati untuk mencapai tujuan dan sasaran dari komite PR. Di tingkat sekolah, menargetkan publik terutama terdiri dari petugas, mahasiswa, dan orang tua. Target publik sekunder meliputi para anggota masyarakat yang tidak langsung dicapai oleh sekolah tingkat PR.
5.             Mengidentifikasi perilaku yang diinginkan dari publik-Grossman (Kowalski: 2004) mengidentifikasi ini sebagai langkah penting dalam proses. Pada tahap ini panitia PR harus menentukan apa yang mereka ingin program untuk dilakukan. Apakah tujuan untuk menyebarkan informasi? Untuk membangun dukungan untuk inisiatif restrukturisasi?
6.             Mengidentifikasi apa yang dibutuhkan untuk mencapai informasi perilaku-Menggunakan diinginkan dari penelitian komite sebelumnya, memutuskan apa tindakan perlu dilakukan untuk menciptakan perilaku yang diinginkan.
7.             Buat strategi dan taktik untuk mencapai masyarakat.
8.             Pasang rencana Anda di atas kertas-Dalam langkah ini, komite sekolah tingkat harus mengembangkan anggaran, membuat garis waktu, dan menetapkan tanggung jawab untuk strategi dan taktik.
9.             Melaksanakan penyelesaian rencana-Setelah rencana dan menerima persetujuan yang diperlukan, mengaktifkan rencana. Pastikan untuk menyertakan komite dalam proses implementasi untuk kemajuan informasi anggota.
10.         Mengevaluasi -Untuk Anda menentukan efektivitas usaha Anda, mengevaluasi rencana tersebut. Proses perencanaan harus dievaluasi untuk menentukan bidang perbaikan untuk masa depan; rencana yang sebenarnya harus dianalisis selama pelaksanaan untuk menentukan revisi yang diperlukan; dan tujuan dan sasaran harus ditinjau untuk menentukan apakah mereka telah terpenuhi.

3.    Mengidentifikasi Unsur Program Efektif PR
            Menurut Gronstedt (Kowalski, 2004), public relations yang efektif dipraktekkan dalam empat langkah:
1.  Perencanaan dan penetapan tujuan,
2.  Pelaksanaan dan monitoring,
3.  Evaluasi, dan
4.  Bertindak atas evaluasi untuk melakukan perbaikan.
            Pada langkah 1, perencanaan dan penetapan tujuan, lima ques¬tions strategis harus dijawab:
1.        Apa yang paling signifikan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman kita? Kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (SWOT) strategi analisis kekuatan dan kelemahan organisasi dalam memenuhi peluang dan ancaman dalam lingkungan eksternal.
2.        Siapa stakeholder yang paling penting? Setiap organisasi harus mengidentifikasi para pemangku kepentingan dan memprioritaskan pentingnya mereka bagi organisasi.
3.        Apakah kebutuhan yang paling penting dari masing-masing kelompok stakeholder yang organiza¬tion kita dapat mengatasi? Jawaban atas pertanyaan ini membutuhkan penelitian yang akan dilakukan untuk menentukan kebutuhan masing-masing kelompok stakeholder. Pertanyaan yang harus diajukan selama penelitian ini termasuk berikut: Mengapa saya harus mengirim anak-anak saya ke sekolah Anda? Apa yang dibutuhkan kelompok stakeholder ini dari sekolah kita?
4.        Apa tujuan perilaku dan komunikasi? Berdasarkan penelitian dari kebutuhan stakeholder, tujuan perilaku harus dibuat untuk mengidentifikasi setiap kelompok stakeholder. Misalnya, ketika membahas topik yang selalu kontroversial kemampuan pengelompokan, mungkin perlu untuk membujuk kelompok kunci dari orang tua untuk mendukung pengelompokan heterogen.
5.        Apa "jaringan media pribadi" dari anggota kelompok sasaran khas? Langkah terakhir dari proses perencanaan adalah untuk menentukan jaringan media pribadi untuk setiap kelompok pemangku kepentingan. Dengan jaringan media pribadi tersebut dapat ditentukan dengan memetakan hari-hari biasa dalam kehidupan pihak manapun. Dengan menyelesaikan pemetaan, informasi yang dihasilkan mengidentifikasi peluang terbaik bagi individu untuk bisa menerima ide yang dipromosikan.

Pada langkah 2, pelaksanaan dan pemantauan, hasil penelitian dan produk akhir diimplementasikan. Kunci untuk langkah ini adalah pemantauan efektivitas rencana untuk menentukan apakah penyesuaian yang diperlukan. Teknik yang mungkin meliputi survei, jajak pendapat telepon, umpan balik pemangku kepentingan, dan persepsi media
Pada langkah 3, evaluasi, efek dari rencana dilaksanakan harus dievaluasi secara berkala untuk mengukur perubahan perilaku. Kedua metode kualitatif (wawancara, kelompok fokus, pengamatan) dan metode kuantitatif (survei mail, survei telepon, jajak pendapat) dapat digunakan untuk mengukur tolok ukur yang ditetapkan sebelumnya untuk sukses.
Pada langkah 4, yang bekerja pada evaluasi, informasi yang diterima dari proses evaluasi pada langkah 3 digunakan untuk menentukan perubahan yang diperlukan dalam strategi dan harus dibagi dengan seluruh organisasi. Seringkali dalam pendidikan, penelitian dan temuannya ditempatkan pada rak buku atau lemari arsip. Dalam tahap ini, bagaimanapun, penelitian harus digunakan untuk menunjukkan arah untuk masa depan dan perubahan ini diperlukan dalam arus strategi public relations.
           
BAB III
KESIMPULAN
A.    Simpulan
Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan jalinan interaksi yang diupayakan oleh sekolah agar dapat diterima di tengah-tengah masyarakat untuk mendapatkan aspirasi, dan simpati dari masyarakat, serta mengupayakan terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah dengan masyarakat untuk kebaikan bersama, atau secara khusus bagi sekolah penjalinan hubungan tersebut adalah untuk mensuksekan program-program sekolah yang bersangkutan sehingga sekolah tersebut bisa tetap eksis.
Public relation (Humas) adalah proses yang berjalan terus menerus, dimana manajemen berusaha untuk memperoleh good will dan pengertian dari para pegawai, langganan, dan masyarakat luas. Ke dalam melalui analisa, dan keluar melalui jalan menggunakan pernyataan. Jadi bahwa dalam pelaksanaan hubungan masyarakat merupakan suatu proses yang terencana yang berkesinambungan guna memperoleh itikad baik dari semua pihak, baik kepada pihak internal (Kepala sekolah, guru, staf) maupun kepada pihak eksternal (orang tua, masyarakat).
Dimensi sosial pada humas dapat diamati dari dua sisi, yaitu: 1) perkembangan dimensi sosial, 2) faktor di bidang pendidikan.
Kegiatan-kegiatan humas yang terbesar diantaranya adalah : 1) customer relations, 2) Employee relations, 3) Community relations , 4) Government relations, dan 5) Media Relations.
Ada dua fungsi Humas menurut Djanalis Djanaid (dalam Misdaniar: 2013), yaitu 1) fungsi konstruktif, dan 2) fungsi korektif.
            Selain itu Humas juga mempunyai tugas yang cukup berat, diantaranya Menginterpretasikan, menganalisis dan mengevaluasi kecenderungan perilaku publik, mempertemukan kepentingan organisasi/lembaga dengan kepentingan publik, dan terakhir adalah mengevaluasi program-program organisasi/lembaga, khususnya yang berkaitan dengan publik.
           

            Program-program efektif Humas di tingkat Kota/ Kabupaten, diantaranya : 1) Struktur organisasi, 2) Pernyataan visi misi, 3) Kalender tahunan, 5) Ringkasan hukum dan kebijakan yang relevan, 6) Distribusi kebijakan, 7)  Layanan informasi, 8) informasi orang tua, 9) Televisi dan video produksi, 9) Media massa/acara khusus, 10) Program kemitraan dan relawan.
            Program-program efektif Humas di sekolah, diantaranya 1) Membentuk Komite Sekolah, 2) Mengembangkan Rencana Humas, 3) Mengidentifikasi Unsur Program Efektif PR.
            Menurut Gronstedt (1997), public relations yang efektif dipraktekkan dalam empat langkah:
1.  Perencanaan dan penetapan tujuan,
2.  Pelaksanaan dan monitoring,
3.  Evaluasi, dan
4.  Bertindak atas evaluasi untuk melakukan perbaikan.


















DAFTAR PUSTAKA

Burlingame, Dwight. 1990. Library Development: A Future Imperative. Vol 12. Number 4. London: The Haworrt Press,Inc.
Kowalski, Theodore J. 2004. Public Relations in Schools. Pearson Merill Prentice Hall : New Jersey.
Missdaniar (online) dalam :missdaniar29.blogspot.com/2013/01/makalah-tentang-humas-dan-       pr.html Makalah Dasar-dasar Humas (27 Oktober 2014)
Seidel. 1947. Stores. Jilid 33. National Retail Merchants Association, Inc.
Tim Dosen Administrasi pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2008.        Manajemen Pendidikan. Bandung : Penertbit Alfabeta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aksi Nyata Modul 3.3

  Aksi Nyata Modul 3.3. Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid Oleh: Achmad Hufron, S.Pd.Jas CGP Angkatan 2 Kabupaten Kebumen F...