MAKALAH
DIMENSI-DIMENSI
SOSIAL PADA HUMAS, SERTA PEMROGAMAN YANG EFEKTIF PADA TINGKAT KOTA/KABUPATEN
DAN TINGKAT SEKOLAH
Penulis:
ACHMAD HUFRON
ANGGA MEIFA WILIANDANI
ENIS PURNAWANTI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hubungan
masyarakat atau Public Relations adalah suatu usaha yang sengaja dilakukan,
direncanakan secara berkesinambungan untuk menciptakan saling pengertian antara
sebuah lembaga/institusi dengan masyarakat. Humas (PR) adalah sebuah seni
sekaligus ilmu sosial dalam menganalisa kecenderungan, meramalkan
konsekuensinya, memberikan pengarahan kepada pimpinan institusi/lembaga dan
melaksanakan program-program terencana yang dapat memenuhi kepentingan baik
institusi maupun lembaga tersebut maupun masyarakat yang terkait.
Getzel and Guba (dalam Kowalski: 2004) menjelaskan
bahwa internal sistem sosial memiliki dua kelas dari keadaan bebas namun
interaktif dan mempengaruhi perilaku anggota organisasi, yaitu: (1)
institusi dan (2) individu. Argyris and
Schon (dalam Kowalski: 2004) ciri orang yang mampu beradaptasi adalah mereka
yang mampu mengidentifikasi dan mengoreksi kesalahan, menyelesaikan masalah,
serta mampu menyimpulkannya sendiri. Penyimpulan tersebut merupakan deskripsi
atas umpan balik dari proses sebuah sistem dan keadaan yang stabil, kontrol
yang tinggi, dan sistem organisasi yang masuk akal. Yang paling penting dari
kondisi ini adalah merubah tingkah laku. Pemahaman yang luas akan sangat
berguna pada keadaan yang komplek dalam
penguasaan tingkah laku dan tindakan yang sudah teruji untuk menentukan
apakah mereka memiliki kontibusi terhadap suatu permasalahan.
Untuk
mewujudkan public relation di tingkat
Kota/Kabupaten dan sekolah dibutuhkan program-program Humas yang efektif.
Program humas yang efektif di tingkat Kabupaten/Kota dipengaruhi oleh
kebijakan-kebijakan penguasa, situasi politik, teknologi, dan komunikasi antara
pemimpin dengan masyarakat.
Masyarakat merupakan komponen utama
dalam terselenggaranya proses pendidikan. Kontribusi masyarakat di lingkungan
sekolah sangat perlu dioptimalkan sebagai upaya pemberdayaan dalam rangka
mewujudkan visi dan misi sekolah dengan paradigma pendidikan yang baru.
Masyarakat dapat memberikan sumbangsihnya kepada sekolah dengan memberikan
masukan-masukan terutama dalam penyusunan program-program sekolah yang efektif.
Dalam era ini humas sebagai salah satu fungsi manajemen dalam
lingkungan pemerintah kabupaten atau kota perlu tetap dipertahankan bahkan
harus ditingkatkan perannya. Peningkatan perannya dengan jalan memperbarui dan
menyesuaikan konsep humas pemerintah yang selama ini kita kenal, dan menerapkan
konsep public relations dalam manajemen modern selaras tuntutan dan tantangan
era orde reformasi, era masyarakat informasi dan era otonomi daerah.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
yang menjadi topik masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Apakah pengertian dari
Hubungan Masyarakat (Humas)?
2.
Apakah pengertian dari
dimensi sosial?
3.
Apa saja
kegiatan-kegiatan Humas?
4.
Apakah fungsi dari
Humas?
5.
Apa saja tugas dari
Humas?
6.
Bagaimanakah pemrogaman
Humas yang efektif di tingkat Kabupaten/Kota?
7.
Bagaimanakah pemrogaman
Humas yang efektif di tingkat Sekolah?
C.
Tujuan
Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Mengetahui pengertian
dari Hubungan Masyarakat (Humas).
2.
Mengetahui dimensi
sosial.
3.
Mengetahui kegiatan-kegiatan
Humas.
4.
Mengetahui fungsi dari
Humas.
5.
Mengetahui tugas Humas.
6.
Mengetahui pemrogaman
Humas yang efektif di tingkat Kabupaten/Kota.
7.
Mengetahui pemrogaman
Humas yang efektif di tingkat Sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Hubungan Masyarakat (Husemas)
Ada
beberapa pengertian
humas, menurut para ahli diantaranya menurut :
1.
Frank Jefkins
“Humas adalah semua
bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun keluar, antara
organisasi dengan khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang
berlandaskan pada saling pengertian” (Kowalski: 2004).
2.
Paul W. Garret
“Humas adalah suatu
sikap pikiran yang mendasar, suatu filsafat manajemen, yang dengan sengaja dan
mandiri menempatkan kepentingan masyarakat luas lebih dulu dalam setiap
keputusan yang mempengaruhi operasi suatu perusahaan” (Kowalski: 2004).
3.
J.C. Siedel
“public relation (Humas) adalah proses yang berjalan
terus menerus, dimana manajemen berusaha untuk memperoleh good will dan pengertian dari para pegawai, langganan, dan
masyarakat luas. Ke dalam melalui analisa, dan keluar melalui jalan menggunakan
pernyataan. Jadi bahwa dalam pelaksanaan hubungan masyarakat merupakan suatu
proses yang terencana yang berkesinambungan guna memperoleh itikad baik dari
semua pihak, baik kepada pihak internal (Kepala sekolah, guru, petugas) maupun
kepada pihak eksternal (orang tua, masyarakat)”
4.
W. Emerson Reck (dalam Burlingame,
Dwight. 1990: 16) “Public relations is the continued process of keying
policies, services and actions to be the best of interest of those individual
and groups whose confidence and goodwill an individual or institutions covets
and secondly, it’s the interpretation of these policies, services and actions
to assure complete understanding and appreciation”. Dari pengertian ini dapat diketahui
bahwa public relation (Humas) adalah pelaksanaan kebijaksanaaan, pelayanan dan sikap
adalah untuk menjamin adanya pengertian dan penghargaan yang sebaik-baiknya.
5.
Soetopo dan Soemanto (Tim Dosen
Administrasi Pendidikan Universitas pendidikan Indonesia: 2008), Hubungan
sekolah dan Masyarakat diartikan sebagai suatu proses komunikasi dengan tujuan
meningkatkan pengertian warga masyarakat tentang kebutuhan dan praktik
pendidikan serta berupaya dalam memperbaiki sekolah.
B.
Dimensi-Dimensi
Sosial pada Humas
Dimensi
sosial merupakan dimensi yang pada dasarnya setiap individu diharapkan dapat bersisoalisasi
dengan lingkungannya dengan dasar-dasar yang baik agar perkembangan selanjutnya
tidak meninggalkan bibit-bibit perpecahan antara satu dengan yang lainnya demi
terciptanya masyarakat yang lebih kondusif. Perkembangan
dimensi sosial dapat kita amati dari berbagai sisi, antara lain:
1.
Perkembangan Dimensi
Sosial
Bidang
ilmu psikologi dan sosial menganalisis pengaruh lingkungan sosial terhadap
perilaku individu maupun kelompok dalam masyarakat, psikologi sosial membantu
kita memahami perilaku yang etis dalam ruang lingkup masyarakat yang baik.
Proses terbentuknya dimensi sosial dan perkembangannya dalam pendidikan,
dimensi kesosialan pada diri manusia, tampak lebih jelas, pada dorongan untuk
bergaul dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan
sesamanya, sebagai anggota suatu masyarakat seseorang berkewajiban untuk
berperan dan menyesuaikan diri serta bekerjasama dengan masyarakat.
2.
Faktor Di Bidang
Pendidikan
Sedemikian
istimewanya sekolah telah menjadi rutinitas yang harus dijalani orang-orang
muda yang hendak mengubah kedudukannya dalam susunan masyarakat. Sekolah
sebagai tempat agen perubahan (agent of
change) dicetak. Manusia dilahirkan sebagai suku bangsa tertentu, perubahan
sosial yang terjadi dalam masyarakat menyangkut nilai-nilai sosial, pola
perilaku, organisasi, lembaga kemasyarakatan, lapisan dalam masyarakat,
kekuasaan dan wewenang, yang terjadi secara cepat atau lambat memiliki pengaruh mendasar bagi
pendidikan.
C.
Kegiatan-Kegiatan
Humas
Kegitan
humas pada hakikatnya adalah kegiatan berkomunikasi dengan berbagai macam
simbol komunikasi,verbal maupun non verbal. Kegiatan komunikasi verbal,
sebagian besar adalah pekerjaan mulai dari menulis proposal, artikel, progress
report, menulis untuk presentasi, menulis untuk pers (press release),membuat
rekomendasi dan sebagainya. Sedangkan verbal lisan antara lain jumpa pers, guest
guide/open huose, announcer, presenter, desk informations
dan sebagainya. Kegiatan komunikasi non verbal meliputi penyelenggaraan pameran,
seminar, special event, riset/penelitian, pers kliping dan sebagainya.
Kegiatan
terbesar humas adalah menulis, editing, media relations, special event, berbicara,
produksi, riset, programming, dan konsultasi. Sedangkan penggunaan
kegiatan yang menggunakan waktu terbesar adalah untuk koordinasi,perencanaan,
dan negosiasi.
Kegiatan-kegiatan
kehumasan meliputi;
1.
customer relations seperti membangun hubungan baik dengan pihak luar, maksudnya menjalin hubungan baik antara perusahaan
dengan publik dan hubungan dengan konsumen.
2.
Employee relations, seperti membangun hubungan antara pimpinan
dengan bentuk kerjasama dan komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan.
3.
Community relations, seperti membangun hubungan baik dengan
pihak-pihak yang selama ini telah melakukan kerja sama dengan perusahaan yang
kita wakili, menjaga hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar perusahaan
dan komunitas-komunitas masyarakat tertentu.
4.
Government relations, seperti menjalin hubungan yang baik dengan
pemerintah.
5.
Media Relations, seperti menjalin hubungan baik dengan media,
karna kerja humas tidak akan pernah berhasil tanpa adanya kerjasama yang baik
dengan media, jadi hubungan itu harus dijaga dengan baik dan tidak ada yang
dirugikan.
Hal-hal
yang tidak boleh dilakukan oleh seorang humas adalah:
1.
Menyalahgunakan kepercayaan, ini dapat berupa
membocorkan rahasia, korupsi.
2.
Memberikan informasi-informasi yang tidak dapat
dipertanggung jawabkan, yang sumbernya tidak jelas dan tidak dapat dicek.
3.
Mengadakan kerja sama dengan individu atau
kelompok yang dapat merugikan individu-individu lainnya, baik dari segi moral
maupun segi lainnya.
4.
Menggunakan metode-metode, cara-cara,
teknik-teknik manipulasi yang dapat mengakibatkan sseorang atau orang akan
kehilangan kebebasannya untuk bertindak sebagai respons terhadap
tindakan-tindakan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
D.
Fungsi-Fungsi
Humas
Menurut Djanalis Djanaid (dalam Misdaniar: 2013)
disebutkan dua fungsi PR yaitu :
1. Fungsi
Konstruktif
Dianalogikan
sebagai “penata jalan“. Jadi, humas merupakan “garda” terdepan yang
dibelakangnya terdiri dari “rombongan” tujuan-tujuan perusahaan. Peranan humas
dalam hal ini mempersiapkan mental publik untuk menerima kebijakan organisasi
untuk mengetahui kepentingan publik, mengevaluasi perilaku publik maupun
organisasi untuk direkomendasikan kepada manajemen, menyiapkan prakondisi untuk
mencapai saling pengertian, percaya
dan saling membantu terhadap tujuan-tujuan publik atau organisasi yang
diwakilinya.
2. Fungsi
Korektif
Berperan sebagai
pemadam kebakaran, yakni apabila sebuah organisasi atau lembaga terjadi
masalah-masalah atau krisis dengan publik, maka humas harus berperan dalam
mengatasi terselesaikannya masalah tersebut.
Sementara
Cutlip and Center (dalam Misdaniar: 2013) mengatakan bahwa fungsi PR meliputi
hal-hal berikut:
a.
Menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan
organisasi.
b.
Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal
balik dengan menyebarkan informasi dari perusahaan kepada publik dan
menyalurkan opini publik pada perusahaan.
c.
Melayani publik dan memberikan nasehat kepada
pimpinan organisasi untuk kepentingan umum. Membina hubungan secara harmonis
antara organisasi dan publik,baik internal maupun eksternal.
E.
Tugas-Tugas
Humas
Ada 3 tugas humas menurut Misdaniar (2013) dalam organisasi yang berhubungan erat dengan tujuan dan fungsi humas
yakni :
1.
Menginterpretasikan,
menganalisis dan mengevaluasi kecenderungan perilaku publik, kemudian
direkomendasikan kepada manajemen untuk merumuskan kebijakan organisasi.
2.
Mempertemukan
kepentingan organisasi/lembaga dengan kepentingan publik.
3.
Mengevaluasi
program-program organisasi/lembaga, khususnya yang berkaitan dengan publik.
F. Program-Program Efektif Humas Di Tingkat Kota/ Kabupaten
Dalam perspektif pengorganisasian Humas dapat
dibagi menjadi tiga tingkat perencanaan untuk menentukan program yang bertujuan
untuk mengontrol, bertanggungjawab dan mengevaluasi sejauhmana program ini
telah direncanakan. Tiga konsep dasar pengorganisasian yang dapat digunakan
untuk menentukan bagaimana layanan humas akan diberikan dan dilaksanakan,
yaitu:
1.
Centralization (Pemusatan)
Pengorganisasian ini mempunyai keuntungan efisiensi teknis, yaitu dengan
membatasi fungsi humas kepada satu atau dua orang petugas kantor pusat yang
memiliki pengetahuan dan keahlian yang diperlukan.
2.
Decentralization (Desentralisasi)
Kepala Sekolah dan petugas humas diberi kekuasaan untuk mengontrol dan
bertanggungjawab dalam melaksanakan kegiatan kehumasan.
3.
Integration (Integrasi)
Humas membagi kontrol dan peran tanggungjawab kehumasan antara kabupaten
dan administrator sekolah.
Kegiatan kehumasan di tingkat Kabupaten
dikoordinasikan oleh unit organisasi yang disebut pusat komunikasi kegiatan
kehumasan tingkat kabupaten yang memberi informasi antara lain:
1.
Struktur organisasi,
2.
Pernyataan visi misi,
3.
Kalender tahunan,
4.
Ringkasan hukum dan kebijakan yang relevan,
5.
Distribusi kebijakan,
6.
Layanan informasi,
7.
informasi orang tua,
8.
Televisi dan video produksi,
9.
Media massa/acara khusus,
10.
Program kemitraan dan relawan.
Fungsi utama dalam mengembangkan humas di tingkat
Kabupaten :
1.
Mendefinisikan keadaan masyarakat : demografi, pendapatan masyarakat,
umur, suku, jenis kelamin, lokasi, jenis pekerjaan, hobi, gaya hidup, dan
hubungan dalam berorganisasi.
2.
Mendefiniskan keadaan kabupaten, :
3.
Mendefinisikan tentang potensi suatu daerah,
4.
Mengambangkan visi misi yang sama,
5.
Mengembangkan tujuan yang akan dicapai,
6.
Mengembangkan pesan-pesan dan motto dari suatu daerah,
7.
Menetapkan anggaran,
8.
Menentukan prosedur evaluasi.
Aplikasi
dan strategi dalam mengembangkan humas di tingkat kabupaten:
1.
Mengangkat petugas
khusus kehumasan,
Seorang petugas humas
mempunyai tugas yang sangat luas, harus bisa menjadi perencana, analis, ahli
komunikasi, manager, dan bahkan evaluator.
2.
Menciptakan sebuah
divisi humas,
3.
Menentukan ruang
lingkup komunikasi,
4.
Bekerjasama dengan
media,
5.
Efektif merencanakan
pertemuan dengan masyarakat,
6.
Mendorong partisipasi
warga,
7.
Mempersiapkan untuk
mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
G.
Program-Program
Efektif Humas Di Sekolah
Di tingkat sekolah, sebuah program PR yang efektif bukanlah
"penambahan" cerminan dari
visi bersama didasarkan pada peluang yang luas untuk
berpartisipasi, kepercayaan, dan
saluran komunikasi yang terbuka. Pemodelan perilaku PR yang tepat
merupakan langkah yang efektif menuju mendapatkan orang lain untuk berbuat
hal yang sama. Hal
ini juga penting untuk memperhatikan
dan menghargai perilaku seperti ketika
orang lain menunjukkan hal itu. Ketika iklim organisasi kondusif untuk hubungan manusia yang baik, secara umum, sangat tepat
untuk memulai
upaya PR terpadu
yang akan melibatkan perencanaan dan
mengidentifikasi orang-orang untuk melakukan tindakan yang diperlukan keluar. Berikut ini adalah pembuatan program PR di tingkat sekolah :
1. Membentuk Komite Sekolah
Istilah komite sekolah saat ini
mirip dengan istilah POMG dan BP3 dulu. Komite sekolah merupakan suatu badan
atau lembaga nonpolitis dan nonprofit. Komite ini dibentuk berdasarkan
musyawarah yang demokratis oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan
pendidikan pada tingkat sekolah. Mereka bertanggung jawab membantu sekolah
dalam peningkatan kualias pendidikan di sekolah. Tugas utama komite sekolah
ialah membantu penyelanggaraan pendidikan di sekolah dalam kapasitasnya sebagai
pemberi pertimbangan, pendukung program, pengontrol, dan bahkan mediator. Untuk
memajukan pendidikan di sekolah, komite sekolah membantu sekolah dalam
penyelenggaraan proses belajar mengajar, manajemen sekolah, kelembagaan
sekolah, sarana dan prasarana sekolah, pembiayaan pendidikan, dan
mengkoordinasikan peran serta seluruh lapisan masyarakat. Kedudukannya sebagai
mitra sekolah.
2. Mengembangkan
Rencana Humas
Sebuah langkah penting dalam mengembangkan program
PR yang efektif di
tingkat sekolah adalah penciptaan rencana Humas. Rencana PR
yang efektif biasanya membutuhkan
pengembangan petugas dan penelitian,
yang keduanya harus didukung oleh kepala sekolah.
Dalam mengembangkan baik tingkat sekolah atau kabupaten rencana
PR, Grossman (Kowalski: 2004) merekomendasikan mengikuti proses empat langkah dasar:
1.
Penelitian-memberikan analisis mendalam dari hubungan
dengan seluruh publik internal dan
eksternal.
2.
Aksi rencana-pengembangan tujuan PR,
tujuan, dan strategi yang selaras dengan misi
dan tujuan secara keseluruhan.
3.
Komunikasi-melakukan tugas yang diperlukan untuk
berhasil menyelesaikan tujuan dan
sasaran yang telah
direncanakan.
4.
Evaluasi-menyelidiki keputusan terakhir untuk menentukan dampaknya terhadap masa depan.
Dari empat konsep pemikiran tersebut, Grossman (Kowalski: 2004) menawarkan proses 10 langkah untuk mengembangkan rencana humas untuk kabupaten sekolah. Dengan beberapa perubahan, ini bisa menjadi proses yang efektif untuk komite PR bangunan tingkat. Langkah-langkah dari proses ini adalah:
1.
Kaji kebijakan atau
manajemen-Mulailah dengan pertemuan dengan departemen hubungan masyarakat kabupaten untuk menentukan prioritas untuk sekolah tingkat PR. Tujuan
PR harus membantu dalam mencapai tujuan dan sasaran tersebut.
2.
Melakukan
penelitian-Sebelum internal dan eksternal mengembangkan rencana, panitia
harus penelitian untuk menentukan
bagaimana mereka dilihat oleh
publik internal dan eksternal. Menggunakan survei, data
sensus, umpan balik dari orang
tua dan masyarakat, dan bentuk lain dari penelitian, menentukan reputasi
saat sekolah dengan
menganalisis informasi yang dikembangkan melalui pertanyaan-pertanyaan berikut: Apa isu-isu saat ini di
masyarakat? Siapa publik kami, dan apa gambar
mereka dari sekolah kami? Apa isu-isu baru mungkin
timbul di masa depan?
3.
Mengembangkan hubungan masyarakat sasaran dan tujuan-Menggunakan penilaian dan penelitian dari langkah-langkah awal dari proses, mengembangkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang untuk hubungan masyarakat.
Tujuan ini harus ia
dikembangkan oleh sebuah komite yang mewakili administrasi sekolah, fakultas, orang tua, anggota
masyarakat, dan lain-lain yang
memiliki kepentingan di sekolah.
4.
Mengidentifikasi publik-Target
publik sasaran adalah kelompok-kelompok dalam masyarakat sekolah yang perlu didekati
untuk mencapai tujuan dan sasaran
dari komite PR.
Di tingkat sekolah, menargetkan publik terutama terdiri dari petugas, mahasiswa, dan
orang tua. Target publik sekunder meliputi para anggota masyarakat yang tidak langsung
dicapai oleh sekolah tingkat PR.
5.
Mengidentifikasi perilaku yang
diinginkan dari publik-Grossman (Kowalski:
2004) mengidentifikasi ini sebagai langkah penting dalam proses. Pada tahap ini panitia PR harus
menentukan apa yang mereka ingin
program untuk dilakukan. Apakah
tujuan untuk menyebarkan informasi?
Untuk membangun dukungan untuk inisiatif restrukturisasi?
6.
Mengidentifikasi apa yang dibutuhkan untuk mencapai informasi perilaku-Menggunakan diinginkan dari penelitian komite sebelumnya,
memutuskan apa tindakan perlu dilakukan untuk menciptakan perilaku yang diinginkan.
7.
Buat strategi
dan taktik untuk mencapai masyarakat.
8.
Pasang rencana Anda di
atas kertas-Dalam langkah ini, komite
sekolah tingkat harus
mengembangkan anggaran, membuat
garis waktu, dan menetapkan
tanggung jawab untuk strategi dan taktik.
9.
Melaksanakan penyelesaian rencana-Setelah rencana dan
menerima persetujuan yang diperlukan, mengaktifkan rencana. Pastikan untuk menyertakan komite dalam proses implementasi untuk
kemajuan informasi anggota.
10.
Mengevaluasi -Untuk Anda
menentukan efektivitas usaha Anda,
mengevaluasi rencana tersebut. Proses perencanaan harus dievaluasi untuk menentukan bidang perbaikan untuk
masa depan; rencana
yang sebenarnya harus dianalisis selama pelaksanaan untuk menentukan revisi yang diperlukan; dan tujuan dan sasaran harus ditinjau untuk menentukan apakah mereka telah terpenuhi.
3. Mengidentifikasi Unsur Program Efektif
PR
Menurut Gronstedt (Kowalski, 2004), public relations yang efektif dipraktekkan dalam empat langkah:
1. Perencanaan dan penetapan tujuan,
Menurut Gronstedt (Kowalski, 2004), public relations yang efektif dipraktekkan dalam empat langkah:
1. Perencanaan dan penetapan tujuan,
2. Pelaksanaan dan monitoring,
3. Evaluasi, dan
4. Bertindak atas evaluasi untuk melakukan
perbaikan.
Pada langkah 1, perencanaan dan
penetapan tujuan, lima ques¬tions strategis harus
dijawab:
1.
Apa yang paling signifikan
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman kita? Kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman
(SWOT) strategi analisis
kekuatan dan kelemahan organisasi
dalam memenuhi peluang dan ancaman
dalam lingkungan eksternal.
2.
Siapa stakeholder yang
paling penting? Setiap organisasi harus mengidentifikasi para pemangku
kepentingan dan memprioritaskan pentingnya
mereka bagi organisasi.
3.
Apakah kebutuhan yang paling penting dari masing-masing
kelompok stakeholder yang organiza¬tion
kita dapat mengatasi? Jawaban atas pertanyaan ini membutuhkan
penelitian yang akan dilakukan untuk
menentukan kebutuhan masing-masing kelompok stakeholder. Pertanyaan yang harus diajukan selama penelitian ini termasuk berikut: Mengapa
saya harus mengirim anak-anak
saya ke sekolah Anda? Apa yang dibutuhkan kelompok stakeholder
ini dari sekolah kita?
4.
Apa
tujuan perilaku
dan komunikasi? Berdasarkan penelitian dari kebutuhan
stakeholder, tujuan perilaku harus
dibuat untuk mengidentifikasi setiap kelompok stakeholder. Misalnya, ketika membahas topik yang
selalu kontroversial kemampuan
pengelompokan, mungkin perlu untuk membujuk kelompok kunci dari orang tua untuk
mendukung pengelompokan heterogen.
5.
Apa "jaringan media
pribadi" dari anggota kelompok
sasaran khas? Langkah terakhir
dari proses perencanaan adalah untuk menentukan jaringan media pribadi untuk setiap kelompok pemangku kepentingan. Dengan
jaringan media pribadi tersebut dapat
ditentukan dengan memetakan hari-hari
biasa dalam kehidupan pihak
manapun. Dengan menyelesaikan pemetaan,
informasi yang dihasilkan mengidentifikasi peluang terbaik bagi individu untuk bisa menerima ide yang dipromosikan.
Pada langkah 2, pelaksanaan dan pemantauan, hasil penelitian dan produk
akhir diimplementasikan. Kunci
untuk langkah ini adalah
pemantauan efektivitas rencana
untuk menentukan apakah penyesuaian yang diperlukan. Teknik yang mungkin meliputi survei, jajak pendapat telepon,
umpan balik pemangku kepentingan,
dan persepsi media
Pada langkah 3, evaluasi, efek dari
rencana dilaksanakan harus dievaluasi secara berkala untuk mengukur perubahan perilaku. Kedua metode kualitatif (wawancara, kelompok fokus, pengamatan) dan metode kuantitatif (survei mail, survei
telepon, jajak pendapat) dapat
digunakan untuk mengukur tolok
ukur yang ditetapkan sebelumnya untuk
sukses.
Pada langkah 4, yang bekerja pada evaluasi,
informasi yang diterima dari proses
evaluasi pada langkah 3 digunakan untuk menentukan perubahan yang diperlukan dalam strategi dan harus dibagi dengan seluruh organisasi. Seringkali dalam
pendidikan, penelitian dan temuannya
ditempatkan pada rak buku atau lemari arsip. Dalam
tahap ini, bagaimanapun, penelitian harus digunakan untuk menunjukkan arah untuk
masa depan dan perubahan ini diperlukan dalam
arus strategi public
relations.
BAB III
KESIMPULAN
A. Simpulan
Hubungan
sekolah dengan masyarakat merupakan jalinan interaksi yang diupayakan oleh
sekolah agar dapat diterima di tengah-tengah masyarakat untuk mendapatkan
aspirasi, dan simpati dari masyarakat, serta mengupayakan terjadinya kerjasama
yang baik antar sekolah dengan masyarakat untuk kebaikan bersama, atau secara
khusus bagi sekolah penjalinan hubungan tersebut adalah untuk mensuksekan
program-program sekolah yang bersangkutan sehingga sekolah tersebut bisa tetap
eksis.
Public relation (Humas) adalah proses yang berjalan
terus menerus, dimana manajemen berusaha untuk memperoleh good will dan pengertian dari para pegawai, langganan, dan
masyarakat luas. Ke dalam melalui analisa, dan keluar melalui jalan menggunakan
pernyataan. Jadi bahwa dalam pelaksanaan hubungan masyarakat merupakan suatu
proses yang terencana yang berkesinambungan guna memperoleh itikad baik dari
semua pihak, baik kepada pihak internal (Kepala sekolah, guru, staf) maupun
kepada pihak eksternal (orang tua, masyarakat).
Dimensi
sosial pada humas dapat diamati dari dua sisi, yaitu: 1) perkembangan dimensi
sosial, 2) faktor di bidang pendidikan.
Kegiatan-kegiatan
humas yang terbesar diantaranya adalah : 1) customer
relations, 2) Employee relations, 3) Community
relations , 4) Government relations, dan 5) Media Relations.
Ada dua fungsi Humas menurut Djanalis Djanaid
(dalam Misdaniar: 2013), yaitu 1) fungsi konstruktif, dan 2) fungsi korektif.
Selain itu Humas juga mempunyai tugas yang
cukup berat, diantaranya Menginterpretasikan,
menganalisis dan mengevaluasi kecenderungan perilaku publik, mempertemukan kepentingan organisasi/lembaga dengan kepentingan publik, dan
terakhir adalah mengevaluasi
program-program organisasi/lembaga, khususnya yang berkaitan dengan publik.
Program-program
efektif Humas di tingkat Kota/ Kabupaten, diantaranya : 1) Struktur organisasi,
2) Pernyataan visi misi, 3) Kalender tahunan, 5) Ringkasan hukum dan kebijakan
yang relevan, 6) Distribusi kebijakan, 7)
Layanan informasi, 8) informasi orang tua, 9) Televisi dan video
produksi, 9) Media massa/acara khusus, 10) Program kemitraan dan relawan.
Program-program
efektif Humas di sekolah, diantaranya 1) Membentuk
Komite Sekolah, 2) Mengembangkan
Rencana Humas,
3) Mengidentifikasi Unsur Program
Efektif PR.
Menurut Gronstedt (1997), public
relations yang efektif dipraktekkan dalam empat langkah:
1. Perencanaan dan penetapan tujuan,
2.
Pelaksanaan dan monitoring,
3.
Evaluasi, dan
4.
Bertindak atas evaluasi untuk
melakukan perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Burlingame, Dwight. 1990. Library Development: A Future
Imperative. Vol 12. Number 4. London: The Haworrt Press,Inc.
Kowalski, Theodore J.
2004. Public Relations in Schools.
Pearson Merill Prentice Hall : New Jersey.
Missdaniar
(online) dalam :missdaniar29.blogspot.com/2013/01/makalah-tentang-humas-dan- pr.html Makalah Dasar-dasar Humas (27 Oktober 2014)
Seidel.
1947. Stores. Jilid 33. National Retail Merchants Association, Inc.
Tim Dosen Administrasi pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia. 2008. Manajemen Pendidikan. Bandung :
Penertbit Alfabeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar