7 Juni 2016

contoh transkip wawancara penelitian kualitatif


TRANSKIP WAWANCARA
01.01.SDNS.W.G.MK.F1.F2.F3.28-9-15
(Dibaca: transkip ke 01, informan ke 1, SDN 1 Surotrunan, hasil wawancara, informan Guru yang bernama Mohamad Kharis, fokus: Pembinaan kesiswaan di sekolah inklusi)
Hari/tanggal  : Senin, 28 September 2015
Pukul             : 08.00-10.00 WIB
Tempat          : Ruang tamu SDN 1 Surotrunan
Peringkas       : Achmad Hufron

Fokus: Pembinaan Kesiswaan di sekolah inklusi dan PPDB

Untuk penyelenggaraan inklusi di SD kami alhamdulillah berjalan dan sementara ya dapat berjalan walaupun terdapat berbagai kendala salah satunya adalah surat dari dinas sebagai dasar penunjukan sekolah kami sebagai sekolah inklusi. Yang kedua ketidakadaan guru pembimbing khusus di sekolah yang menyebabkan guru-guru harus bekerja lebih keras untuk penyelenggaraan pendidikan inklusi. SD Negeri 1 Surotrunan ini sudah sekitar lima tahun menyelenggarakan pendidikan inklusi.
“Anak berkebutuhan khusus di SD Negeri 1 Surotrunan Alian pada tahun pelajaran 2015/2016 mempunyai siswa berkebutuhan khusus sejumlah 24 siswa dengan rincian sebagai berikut: 6 anak tunagrahita, 1 anak autis ringan, 1 anak hiperaktif, 11 anak slow leaner (lamban belajar), 1 anak tunawicara, dan 4 anak tuna ganda. Sekolah ini juga mendapat bantuan dana dari Dinas Pendidikan Propinsi yang berupa dana dan beasiswa untuk masing-masing anak yang berkebutuhan khusus setiap tahunnya. Di SD Negeri Surotrunan 1 Alian Kebumen sedikit kerepotan karena jumlah anak berkebutuhan khusus banyak dan orang tua siswa tetap ngotot untuk menyekolahkan anak yang punya kebutuhan khusus ke sekolah tersebut walaupun sudah diarahkan ke SDLB. Dengan alasan ada sekolah inklusis dan jarak sekolah lebih dekat daripada ke SDLB ynag ada di pusat kota. Keadaan ekonomi juga menjadi alasan bagi para wali murid.”
Dengan keadaan yang demikian kegiatan kesiswaan di sekolah kami kadang kurang optimal dikarenakan keterbatasan tenaga pendidik dan kependidikan yang tidak sebanding dengan jumlah siswa ABK. Kita tahu sendiri apabila kegiatan siswa ABK selalu membutuhkan perhatian khusus, jika guru hanya memperhatikan siswa ABK terkadang siswa yang reguler kurang perhatian sehingga pelayanan terhadap siswa kurang optimal.
Siswa terkadang di dalam kelas dikelompokkan sesuai dengan jenis ABKnya. Terkadang pula disesuaikan dengan jenis kebutuhan siswa ABK dalam pengelompokkannya. Hal itu dilakukan untuk mempermudah pemantauan, pemberian materi, dan pengawasan sehingga siswa yang kain tidak merasa terganggu dan terkendala dalam pelajaran karena materi yang diberikan guru sesuai dengan tingkat kemampuan akademik maupun sesuai dengan kebutuhan siswa tersebut.
Penerimaan siswa baru di SD Negeri 1 Surotrunan disesuaikan dengan jadwal PPDB dari Dinas Dikpora Kabupaten Kebumen. Sekolah hanya menerima siswa ABK dari kondisi ringan ke sedang, sedangkan yang berat belum kami terima. Untuk siswa reguler selama kuota kelas masih mencukupi dan batas minimal umur terpenuhi maka akan diterima menjadi siswa kami.
Komentar peneliti:
Keterbatasan jumlah tenaga pendidik dan kebendidikan yang tidak sebanding dengan jumlah siswa ABK di SD Negeri 1 Surotrunan. Dengan hal ini maka dibutuhkan guru pembimbing khusus untuk membantu kegiatan dalam bidang pembinaan kesiswaan sehingga pelayan terhadap siswa dapat lebih optimal.
























TRANSKIP WAWANCARA
02.02.SDNS.W.G.SZ.F2,F3.23-11-2015
(Dibaca: transkip ke 01, informan ke 02, SDN 1 Surotrunan, hasil wawancara, informan Guru yang bernama Siti Zulfa, S.Pd, fokus: pengelompokkan dan penempatan siswa dan pembinaan kesiswaan di sekolah inklusi)
Hari/tanggal  : Senin, 23 November 2015
Pukul             : 09.00-10.00 WIB
Tempat          : Ruang tamu SDN 1 Surotrunan
Peringkas       : Achmad Hufron

Fokus: Pengelompokkan dan Penempatan siswa dan Pembinaan Kesiswaan di sekolah inklusi
Mereka saling berdampingan, namun sesekali waktu kami memisahkan siswa ABK untuk dibimbing khusus. Kita tahu sendiri terkadang siswa ABK adakalanya tidak mau masuk ke dalam ruang kelas. Setiap anak di SD kami juga di tes psikologinya, hal ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana tingkat kecerdasan anak. Nah hasilnya dapat digunakan sebagai dasar mengelompokkan anak di dalam kelas. Anak yang IQ rendah biasanya kesulitan untuk mengikuti pelajaran begitu juga anak-anak yang normal juga terkadang mengalami kesulitan dalam belajar. Mereka kami kelompokkan dan sesekali kami beri perhatian khusus memberikan tambahan pelajaran dan mengobservasi untuk menemukan dimana letak kesulitan belajar mereka. Hal ini dilakukan agar supaya anak yang dapat mengikuti pelajaran tidak merasa terganggu dan mereka dapat meneruskan materi selanjutnya tanpa harus menunggu teman-teman yang lamban belajar.
Dalam keseharian di sekolah kami, siswa-siswa dijadikan satu kelas baik siswa yang ABK maupun yang reguler. Tetapi adakalanya siswa dalam satu kelas tersebut kami kelompokkan, hal ini dilakukan karena tingkat kemampuan anak berbeda-beda. Di sekolah kami hanya menggunakan dua jenis pengelompokkan siswa yaitu ability grouping dan special need grouping. Siswa yang mempunyai kesamaan kemampuan akademik dijadikan satu kelompok agar supaya mereka dapat saling mengisi sehingga semakin mempercepat perkembangan dan mempertinggi kemampuan mereka. Siswa yang mempunyai kemampuan lebih tinggi tidak merasa terhambat perkembangannya oleh siswa yang berkemampuan rendah begitu juga siswa yang berkemampuan rendah tidak merasa tertinggal jauh dari anggota kelompoknya. Untuk cara pengelompokkan special need grouping dimaksudkan agar anak-anak yang berkebutuhan khusus juga mendapatkan pelayanan yang maksimal di sekolah.
Yang berkaitan tentang pembinaan kesiswaan di sekolah kami ada beberapa hal yang bertujuan sebagai pelayanan terhadap siswa diantaranya: (1) melalui pembiasaan, pembiasaan disekolah kami terdiri dari kegiatan upacara bendera setiap hari senin, senam bersama/jalan sehat setiap hari jum’at, kegiatan keagamaan pada pra pelajaran, dan pembacaan asmaul husna; (2) melalui kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan ekstrakurikuler yang ada disekolah kami yaitu drumband, pramuka, olahraga, dan rebana; dan (3) yaitu melaui acara insidental PHBI, pelepasan kelas VI. Sekolah juga berusaha melengkapi sarana prasarana yang berkaitan dengan kegiatan siswa baik dari olahraga, keseniaan, alat praktek pelajaran dan buku-buku pelajaran. Fasilitas kantin, perpustakaan, UKS, tempat parkir siswa, halaman sekolah yang luas, dan kamar mandi juga menjadi prioritas untuk kami.
Untuk para orang tua siswa ABK kami sediakan ruang tunggu, dan kami juga menyediakan ruang khusus inklusi yang digunakan untuk kegiatan yang berkaitan dengan penanganan siswa ABK di sekolah kami. Kendala bagi kami yaitu kurangnya tenaga pendidik dan kependidikan, sehingga penyelenggaraan pendidikan inklusi di sekolah kami kurang maksimal. Dengan adanya hal itu kami sangat membutuhkan guru pembimbing khusus di sekolah kami. Sudah beberapa kali mengajukan ke dinas belum ada tanggapan. Kalaupun kami yang mengadakan kami tidak dapat membayarnya karena seluruh kegiatan di sekolah kami murni ditopang dari dana BOS. Sementara kami bekerja sama dengan orang tua siswa untuk menunggu dan mendampingi siswa ABK di sekolah. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kendala atau masalah terhadap siswa ABK dalam proses belajar mengajar di kelas
Komentar peneliti:
Penempatan dan pengelompokkan siswa da dasari dari hasil tes IQ, kemampuan mengikuti pelajaran, jdan jenis kecacatan siswa ABK.
Ada dua jenis pengelompokkan siswa yaitu ability grouping dan special need grouping di sekolah ini.
Kegiatan kesiswaan terdiri dari : (1) kegiatan Pembiasaan, (2) kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan insidental (PHBI, dll).
Siswa reguler sangat bersahabat dan menghargai siswa ABK.









Aksi Nyata Modul 3.3

  Aksi Nyata Modul 3.3. Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid Oleh: Achmad Hufron, S.Pd.Jas CGP Angkatan 2 Kabupaten Kebumen F...