KONEKSI
ANTAR MATERI
BUDAYA
POSITIF MODUL 1.4
Disusun Oleh : Achmad
Hufron, S.Pd.Jas, M.Pd
Fasilitator: Imyatun
Muayanah, S.Pd
Pendamping Praktik:
Utami Puji Astuti, S.Pd
Ki Hajar dewantara
berpendapat bahwa, pendidikan adalah pembudayaan buah budi manusia yang beradab
dan buah perjuangan manusia terhadap dua kekuatan yang selalu mengelilingi
hidup manusia yaitu kodrat alam dan zaman atau masyarakat. KHD memberikan
perbedaan antara pembelajaran dan pengajaran. Beliau menerangkan bahwa pendidikan
adalah tuntutan bagi seluruh kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sedang Pengajaran
adalah Pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan agar bermanfaat
bagi kehidupan lahir dan batin.
Sekolah
perlu mengembangkan budaya positif karena ha ini dapat menjadi tolak ukur mutu
di sekolah tersebut. Menurut Nyoman S.D (2021) Budaya positif sekolah adalah
sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan
symbol-simbol yang dipraktekkan oleh kepala sekolah, guru, petugas
administrasi, siswa dan masyarakat sekitar sekolah.
Budaya
positif yang dirancang diharapkan menjadi sebuah perwujudan dari visi sekolah.
Peran guru sangat besar untuk mewujudkannya dengan sauri tauladan yang baik dan
mengembangkan sikap dalam pembelajaran sesuai dengan nilai dan perannya maka
pencapaian sebuah visi sekolah dapat terwujud. Untuk mewujudkan visi sekolah
membutuhkan kolaborasi setiap warga sekolah sesuai dengan tupoksinya
masing-masing menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif dan model BAGJA. Nyoman
S.D (2021) juga menjelaskan bahwa Inti dari pendekatan inkuiri apresiatif
adalah nilai positif yang telah ada dan dikembangkan secara kolaboratif. Alur
Bagja sendiri diawali dengan Buat pertanyaan, ambil tindakan, gali impian,
jabarkan rencana, dan atur eksekusi. Berpijak dari hal positif yang ada di
sekolah, sekolah kemudian menyelaraskan kekuatan tersebut dengan visi sekolah
dan visi setiap individu dalam komunitas. Hal
tersebut sejalan dengan prinsip Trikon, Ki Hajar Dewantara dimana perubahan
bersifat kontinu (berkesinambungan), konvergen (universal), dan konsentris
(kontekstual)
Rujukan:
Nyoman
S.D (2021). https://www.sahabatsains.com/2020/12/14a9-koneksi-antar-materi-pentingnya.html diakses tanggal 28 Juni 2021 pukul 11.00
wib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar