27 Juni 2021

Koneksi Antar materi Modul 1.4 Budaya positif

 

KONEKSI ANTAR MATERI

BUDAYA POSITIF MODUL 1.4

Disusun Oleh : Achmad Hufron, S.Pd.Jas, M.Pd 

Fasilitator: Imyatun Muayanah, S.Pd

Pendamping Praktik: Utami Puji Astuti, S.Pd


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ki Hajar dewantara berpendapat bahwa, pendidikan adalah pembudayaan buah budi manusia yang beradab dan buah perjuangan manusia terhadap dua kekuatan yang selalu mengelilingi hidup manusia yaitu kodrat alam dan zaman atau masyarakat. KHD memberikan perbedaan antara pembelajaran dan pengajaran. Beliau menerangkan bahwa pendidikan adalah tuntutan bagi seluruh kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Sedang Pengajaran adalah Pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan agar bermanfaat bagi kehidupan lahir dan batin.

Sekolah perlu mengembangkan budaya positif karena ha ini dapat menjadi tolak ukur mutu di sekolah tersebut. Menurut Nyoman S.D (2021) Budaya positif sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan symbol-simbol yang dipraktekkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa dan masyarakat sekitar sekolah. 

Budaya positif yang dirancang diharapkan menjadi sebuah perwujudan dari visi sekolah. Peran guru sangat besar untuk mewujudkannya dengan sauri tauladan yang baik dan mengembangkan sikap dalam pembelajaran sesuai dengan nilai dan perannya maka pencapaian sebuah visi sekolah dapat terwujud. Untuk mewujudkan visi sekolah membutuhkan kolaborasi setiap warga sekolah sesuai dengan tupoksinya masing-masing menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif dan model BAGJA. Nyoman S.D (2021) juga menjelaskan bahwa Inti dari pendekatan inkuiri apresiatif adalah nilai positif yang telah ada dan dikembangkan secara kolaboratif. Alur Bagja sendiri diawali dengan Buat pertanyaan, ambil tindakan, gali impian, jabarkan rencana, dan atur eksekusi. Berpijak dari hal positif yang ada di sekolah, sekolah kemudian menyelaraskan kekuatan tersebut dengan visi sekolah dan visi setiap individu dalam komunitas. Hal tersebut sejalan dengan prinsip Trikon, Ki Hajar Dewantara dimana perubahan bersifat kontinu (berkesinambungan), konvergen (universal), dan konsentris (kontekstual)

 

Rujukan:

Nyoman S.D (2021). https://www.sahabatsains.com/2020/12/14a9-koneksi-antar-materi-pentingnya.html diakses tanggal 28 Juni 2021 pukul 11.00 wib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aksi Nyata Modul 3.3

  Aksi Nyata Modul 3.3. Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid Oleh: Achmad Hufron, S.Pd.Jas CGP Angkatan 2 Kabupaten Kebumen F...