METODE TQM (TOTAL
QUALITY MANAGEMENT)
JOSEPH
M. JURAN
Oleh:
ACHMAD HUFRON
DAFTAR
ISI
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
1
- Latar Belakang........................................................................................................ 1
- Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
- Tujuan Penulisan Makalah....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
3
A.
Biografi Singkat Joseph M. Juran............................................................................
3
- Total Quality Manajement menurut Joseph M. Juran.............................................. 3
- Perbandingan Kualitas “Deming-Crosby-Juran”..................................................... 4
D.
Aplikasi
Teori Trilogi Juran Dalam Pendidikan Di Indonesia ................................ 10
BAB III PENUTUP............................................................................................................
14
- Simpulan.................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 16
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pembangunan bidang pendidikan yang dilaksanakan oleh
pemerintah bersa-sama dengan masyarakat dalam rangka upaya pengejawantahan
salah satu cita-cita yang sangat mulia dan luhur, yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa sebagaimana termaktup dalam UUD tahun 1945.
Dalam upaya
tersebut, masyarakat juga pemerintah bahu-membahu dalam upaya mencerdaskan
seluruh komponen bangsa dengan pendidikan baik formal maupun non formal, baik
melalui sekolah maupun luar sekolah, sehingga diharapkan seluruh komponen
bangsa bisa mengenyam dan menikmati pendidikan sebagai kebutuhan primer
masyarakat.
Disaat yang
besamaan nampaknya sangat urgen dalam upaya adanya peningkatan kualitas
pendidikan untuk memberikan peningkatan mutu secara signifikan dalam
pengembangan sumber daya manusia. Hal ini berlaku bagi orang-orang yang
terlibat dalam dunia pendidikan, sehingga kualitas benar-benar menjadi tujuan
yang mendasar.
Dengan demikian, lembaga pendidikan harus diusahakan berupa langkah-langkah adanya inovasi-inovasi pendidikan secara profesional dengan manajemen yang handal, sehingga lembaga pendidikan tersebut bisa mencetak kader-kader yang ready for yours di tengah-tengah masyarakat, baik siap dalam intelektualnya, keterampilannya, maupun spiritualnya.
Dengan demikian, lembaga pendidikan harus diusahakan berupa langkah-langkah adanya inovasi-inovasi pendidikan secara profesional dengan manajemen yang handal, sehingga lembaga pendidikan tersebut bisa mencetak kader-kader yang ready for yours di tengah-tengah masyarakat, baik siap dalam intelektualnya, keterampilannya, maupun spiritualnya.
Pada zaman
globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang
semakin canggih terus menggelobal dan berdampak pada hampir smua sistem
kehidupan umat manusia di muka bumi dewasa ini .
Lembaga
pendidikan sebagai organisasi merupakan salah satu sistem juga tidak dapat
terhindar dampak dari kemajuan tersebut, dengan demikian maka di setiap lembaga
pendidikan dituntut untuk dapat mengantisipasi berbagai perubahan-perubahan
tersebut.
Keberadaan TQM yang digunakan dalam penerapan di dunia bisnis menuai hasil yang sangat signifikan, sehingga TQM memiliki daya tarik tersendiri, untuk bisa diaplikasikan pada objek-objek kelembagaan atau organisasi yang lain, baik dalam bidang politik, sosial, termasuk dalam dunia pendidikan. Hal ini dalam rangka efektivitas dan hasil yang baik sebagai target yang diidam-idamkan.
Keberadaan TQM yang digunakan dalam penerapan di dunia bisnis menuai hasil yang sangat signifikan, sehingga TQM memiliki daya tarik tersendiri, untuk bisa diaplikasikan pada objek-objek kelembagaan atau organisasi yang lain, baik dalam bidang politik, sosial, termasuk dalam dunia pendidikan. Hal ini dalam rangka efektivitas dan hasil yang baik sebagai target yang diidam-idamkan.
Begitu
banyak tokoh-tokoh yang membuat formulasi TQM guna meningkatkan kualitas dalam
berbagai bidang termasuk di dalamnya pendidikan. Salah satu tokoh TQM yang akan
penulis bahas adalah Josep M. Juran. Dia adalah salah tokoh yang mempelopori
TQM yang berasal dari Amerika Serikat. Untuk lebih jelasnya mengenai pemikiran
dia dalam TQM akan dibahas lebih lanjut pada bahasan berikutnya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan,
dapat dikemukakan rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
C.
Tujuan
Penulisan Makalah
Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Mengetahui model
TQM Juran
2.
Mengetahui Trilogi
Kualitas dari Juran
3.
Dapat
mengaplikasikan TQM ke dalam dunia pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi Singkat Joseph M. Juran
Nama Joseph
M. Juran layak disejajarkan dengan nama-nama tokoh manajemen kualitas dunia
lainnya seperti W. Edward Deming yang terkenal dengan Deming’s 14 point,
Philip B Crosby dengan Quality is free-nya, A.V. Feigenbaum yang
mencetuskan konsep Three steps to quality¸ Walter A Shewart, Kaoru
Ishikawa dan Genichi Taguchi, serta sederet nama populer dan para tokoh pionir
manajemen kualitas yang dikenal dunia.
Joseph
lahir pada 24 Desember tahun 1904 di Braila-Moldova, Dr. Joseph M. Juran
mengemukakan kerisauannya akan perkembangan manajemen kualitas dunia saat itu
dengan pernyataannya bahwa “telah terjadi krisis kualitas”. Anak dari Jakob
(seorang pembuat sepatu desa ini), mempunyai pemahaman bahwa cara tradisional
tidak akan mampu lagi menghadapi krisis kualitas yang terjadi.
Pendapat
ini tentu bisa diterima mengingat pada saat itu dunia industri masih banyak
yang memakai sistem manajemen kualitas konvensional dan kondisi ini sangat
mengusik pengalaman industri dan intelektualitas seorang Dr. Joseph M. Juran.
Juran mengunjungi Jepang pada tahun 1945. Di Jepang
Juran membantu pimpinan Jepang di dalam menstrukturisasi industri sehingga
mampu mengekspor produk ke pasar dunia. Ia membantu Jepang untuk mempraktekkan
konsep mutu dan alat-alat yang dirancang untuk pabrik ke dalam suatu seri
konsep yang menjadi dasar bagi suatu “management process” yang terpadu.
B.
Total Quality Manajement menurut Joseph M. Juran
1)
Karakteristik TQM
Adapun
karakteristik Total Quality Manajement (TQM) menurut Joseph M. Juran adalah
meliputi;
a.
Kualitas menjadi bagian dari setiap agenda managemen
b.
Sasaran kualitas dimasukkan dalam rencana bisnis.
c.
Jangkauan sasaran diturunkan dari benchmarking: fokus adalah pada pelanggan
dan pada kesesuaian kompetisi, di sana adalah sasaran untuk peningkatan
kualitas tahunan.
d.
Sasaran disebarkan ke tingkat yang mengambil tindakan.
e.
Pelatihan dilaksanakan pada semua tingkat.
f.
Pengukuran ditetapkan seluruhnya.
g.
Manajer teratur meninjau kembali kemajuan dibandingkan dengan sasaran.
h.
Penghargaan diberikan untuk performansi terbaik.
i.
Sistem imbalan (reward system) diperbaiki
2) Elemen pendukung dalam TQM
a.
Kepemimpinan.
Manajer senior harus mengarahkan upaya pencapaian
tujuan dengan memberikan, menggunakan alat dan bahan yang komunikatif,
menggunakan data dan menggali siapa-siapa yang berhasil menerapkan konsep
manajemen mutu terpadu. Pimpinan Senior suatu organisasi harus sepenuhnya
menghayati implikasi manajemen di dalam suatu ekonomi internasional di mana
manajer yang paling berhasil, paling mampu dan paling hebat pendidikannya di
dunia, harus diperebutkan melalui persaingan yang ketat. Pimpinan bisnis harus
mengerti bahwa MMT adalah suatu proses yang terdiri dari tiga prinsip dan
elemen-elemen pendukung yang harus mereka kelola agar mencapai perbaikan mutu
yang berkesinambungan sebagai kunci keunggulan bersaing.
b.
Pendidikan dan Pelatihan.
Mutu didasarkan pada ketrampilan setiap karyawan yang
pengertiannya tentang apa yang dibutuhkan oleh pelanggan ini mencakup mendidik
dan melatih semua karyawan, memberikan baik informasi yang mereka butuhkan
untuk menjamin perbaikan mutu dan memecahkan persoalan. Pelatihan inti ini
memastikan bahwa suatu bahasa dan suatu set alat yang sama akan diperbaiki di
seluruh perusahaan.
c.
Struktur Pendukung.
Manajer senior mungkin memerlukan dukungan untuk
melakukan perubahan yang dianggap perlu melaksanakan strategi pencapaian mutu.
Dukungan semacam ini mungkin diperoleh dari luar melalui konsultan, akan tetapi
lebih baik kalau diperoleh dari dalam organisasi itu sendiri. Suatu staf
pendukung yang kecil dapat membantu tim manajemen senior untuk mengartikan
konsep mengenai mutu, membantu melalui “network” dengan manajer mutu di bagian
lain dalam organisasi dan membantu sebagai narasumber mengenai topik-topik yang
berhubungan dengan mutu bagi tim manajer senior.
d.
Komunikasi.
Komunikasi dalam suatu lingkungan mutu mungkin perlu
ditempuh dengan cara berbeda-beda agar dapat berkomunimasi kepada seluruh
karyawan mengenai suatu komitmen yang sungguh-sungguh untuk melakukan perubahan
dalam usaha peningkatan mutu. Secara ideal manajer harus bertemu pribadi dengan
para karyawan untuk menyampaikan informasi, memberikan pengarahan, dan menjawab
pertanyaan dari setiap karyawan.
e.
Ganjaran dan Pengakuan.
Tim individu yang berhasil menerapkan proses mutu
harus diakui dan mungkin diberi ganjaran, sehingga karyawan lainnya sebagai
anggota organisasi akan mengetahui apa yang diharapkan. Gagal mengenali
seseorang mencapai sukses dengan menggunakan proses menejemen mutu terpadu akan
memberikan kesan bahwa ini bukan arah menuju pekerjaan yang sukses, dan
menungkinkan promosi atau sukses individu secara menyeluruh. Jadi pada dasarnya
karyawan yang berhasil mencapai mutu tertentu harus diakui dan diberi ganjaran
agar dapat menjadi panutan/contoh bagi karyawan lainnya.
f.
Pengukuran.
Penggunaan data hasil pengukuran menjadi sangat
penting di dalam menetapkan proses manajemen mutu. Pengumpulan data pelanggan
memberikan suatu tujuan dan penilaian kinerja yang realistis serta sangat
berguna di dalam memotivasi setiap orang/karyawan untuk mengetahui persoalan
yang sebenarnya.
Mungkinkah
TQM dapat diterapkan di Indonesia? Jawabnya mungkin saja kalau dipenuhi
syarat-syarat berikut :
1.
Setiap perusahaan/organisasi harus secara terus meneurus melakukan
perbaikan mutu produk dan pelayanan, sehingga dapat memuaskan para pelanggan.
2.
Memberikan kepuasan kepada pemilik, pemasok, karyawan dan para pemegang
saham.
3.
Memiliki wawasan jauh kedepan dalam mencari laba dan memberikan kepuasan.
4.
Fokus utama ditujukan pada proses, baru menyusul hasil.
5.
Menciptakan kondisi di mana para karyawan aktif berpartisipasi dalam
menciptakan keunggulan mutu.
3)
Trilogi Kualitas (The Quality Trilogy)
Konsep
Trilogi Kualitas pertama kali dikembangkan oleh Dr. Joseph M. Juran seorang
ilmuwan yang banyak mengabdikan dedikasinya pada bidang manajemen kualitas dan
mempunyai kontribusi penting dalam perkembangan dan kemajuan quality
management khususnya di bidang industri manufaktur. Pada tahun 1986,
sarjana bidang electrical engineering yang mengawali karirnya di perusahaan Western
Electric ini mempublikasikan Trilogi Kualitas (The Quality Trilogy),
dengan mengidentifikasi aspek ketiga dalam manajemen kualitas yakni perencanaan
kualitas (quality planning).
Dunia akan
senantiasa mengenang dan menerapkan konsep Trilogi Kualitas (The Quality
Trilogy) khususnya di industri manufaktur. Dengan adanya perencanaan
kualitas yang baik akan sangat bermanfaat bagi dunia industri dalam menetapkan
serta membuat langkah strategis agar para konsumen terpuaskan melalui
ketersediaan dan pemakaian produk yang berkualitas. Dunia pun pantas berterima
kasih kepada salah seorang tokoh manajemen kualitas, Dr. Joseph M. Juran.
Hal ini
tergolong terobosan baru saat itu, dimana manajemen kualitas pada dunia
industri masih hanya mengenal dua aspek kualitas yang dikenal; pengendalian
kualitas (quality control) dan perbaikan kualitas (quality
improvement). Penerapan konsep Trilogi Kualitas menjadikan cakupan manajemen
kualitas menjadi lebih luas dan kompleks. Membutuhkan keahlian dan dukungan
sumber daya dalam pelaksanaannya. Adapun rincian trilogy itu sebagai berikut :
a.
Perencanaan Kualitas (quality planning)
Quality planning, suatu proses yang mengidentifikasi pelanggan dan
proses yang akan menyampaikan produk dan jasa dengan karakteristik yang tepat
dan kemudian mentransfer pengetahuan ini ke seluruh kaki tangan perusahaan guna
memuaskan pelanggan.
Perencanaan kualitas meliputi
:
1)
Pengembangan produk
2)
Pengembangan sistem
3)
Pengembangan produk
Langkah-langkahnya
adalah:
1)
Menentukan siapa yang
jadi pelanggan
2)
Mengidentifikasikan
kebutuhan para pelanggan
3)
Mengembangkan produk
dengan keistimewaan yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan
4)
Mengembangkan sistem
dan proses yang memungkinkan organisasi untuk menghasilkan keistimewaan
tersebut
5)
Menyebarkan rencana
kepada level organisasi
b.
Pengendalian Kualitas (quality control)
Quality control, suatu proses dimana produk benar-benar diperiksa dan dievaluasi,
dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan para pelanggan.
Persoalan yang telah diketahui kemudian dipecahkan, misalnya mesin-mesin rusak
segera diperbaiki, mengevaluasi
performa produk, membandingkan
antara performa aktual dan target, dan melakukan tindakan jika terdapat perbedaan/penyimpangan
c.
Perbaikanan Kualitas (quality improvement)
Quality improvement, suatu proses dimana mekanisme yang sudah mapan dipertahankan sehingga
mutu dapat dicapai berkelanjutan. Hal ini meliputi alokasi sumber-sumber, menugaskan
orang-orang untuk menyelesaikan proyek mutu, melatih para karyawan yang
terlibat dalam proyek mutu dan pada umumnya menetapkan suatu struktur permanen
untuk mengejar mutu dan mempertahankan apa yang telah dicapai sebelumnya.
1)
mengidentifikasi proyek perbaikan (improvement)
2)
membangun infrastruktur yang memadai
3)
membentuk tim
4)
melakukan pelatihan-pelatihan yang relevan
6)
cara penanggulangan masalah
7)
cara mencapai target sasaran
Gambar 2. Trilogi Kualitas Menurut Joseph M. Juran
Sejalan dengan ketiga fungsi
manajemen tersebut, Juran juga membedakan 2 jenis mutu, yaitu:
1)
Mutu Strategis, yaitu
mutu produk di tingkat manajerial ( yang bersifat strategis ). Contohnya
kebijakan atau sistem
yang berlaku.
2)
Mutu Teknis, yaitu mutu
produk di tingkat operasional yang bersifat teknis seperti ukuran/bentuk suatu
barang atau desain jasa yang diberikan terhadap konsumen.
Hal inilah yang membuat tingkatan manajemen menurut Juran terbagi dua, yaitu Manajemen Strategis dan Manajemen Teknis.
Hal inilah yang membuat tingkatan manajemen menurut Juran terbagi dua, yaitu Manajemen Strategis dan Manajemen Teknis.
4.
Juran’s Three Basic
Steps to Progress
Menurut
Juran, tiga langkah dasar ini meupakan langkah yang harus dilakukan perusahaan
bila mereka ingin mencapai kualitas tingkat dunia.
a.
Mencapai perbaikan
terstruktur atas dasar kesinambungan yang dikombinasikan dengan dedikasi dan
keadaan yang mendesak
b.
Mengadakan program
pelatihan secara luas
c.
Membentuk komitmen dan
kepemimpinan pada tingkat manajemen yang lebih tingi
5.
Juran’s Ten Steps to
Quality Improvement
Menurut Juran, 10 butir perbaikan
kualitas bila mereka mencapai kualitas,
diantaranya adalah sebagai berikut.
a.
Membentuk kesadaran
terhadap kebutuhan akan perbaikan dan peluang untuk melakukan perbaikan
b.
Menerapkan tujuan
perbaikan
c.
Mengorganisasikan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan
d.
Menyediakan pelatihan
e.
Melaksanakan
proyek-proyek yang ditujukan untuk pemecahan masalah
f.
Melaporkan perkembangan
g.
Memberikan penghargaan
h.
Mengkomunikasikan
hasil-hasil yang dicapai
i.
Menyimpan dan
mempertahankan hasil yang dicapai
j.
Memelihara momentum
dengan melakukan perbaikan dalam sistem reguler perusahaan
6.
The Pareto Principle
Juran menerapkan
prinsip yang dikemukakan oleh Vilfredo Pareto ke dalam manajemen. Prinsip ini
disebut pula kaidah 80/20, yang bunyinya “80% of the trouble comes from 20% of
the problems”. Menurut prinsip ini, organisasi harus memusatkan energinya pada penyisihan sumber
masalah yang sedikit tetapi vital (vital few sources) yang menyebabkan sebagian
besar masalah. Baik Juran maupun Deming yakin bahwa sistem yang dikendalikan
oleh manajemen merupakan sistem di mana sebagian besar masalah terjadi.
C.
Perbandingan
Kualitas “Deming-Crosby-Juran”
No
|
Items
|
Deming
|
Juran
|
Crosby
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
|
Definisi
kualitas
Tingkat
tanggung jawab manajemen senior
Standar prestasi/
motivasi
Pendekatan
umum
Struktur
Pengendalian
proses statistik (statistical process control)
Basis
perbaikan
Kerja sama tim
Biaya kualitas
Pembelian dan
barang yang diterima
Penilaian
pemasok
Hanya satu sourcing
of suplly
|
Suatu tingkat
yang dapat diprediksi dari keseragaman dan ketergantungan pada biaya yang
rendah dan sesuai dengan pasar
Bertanggung
jawab 94% atas masalah kualitas
Kualitas
memiliki banyak skala sehingga perlu digunakan statistik untuk mengukur
prestasi pada semua bidang; kerusakan nol sangat penting
Mengurangi
keaneka ragaman dengan perbaikan berkesinambungan dan menghentikan inspeksi
massal
14 butir untuk
manajemen
Metode
statistik untuk pengendalian kualitas harus digunakan
Secara terus
menerus mengurangi penyimpangan; menghilangkan tujuan tanpa metode
Partisipasi
karyawan dalam pengambilan keputusan dan memecahkan kendala antar departemen
Tidak ada
optimum perbaikan terus menerus
Inspeksi
terlalu terlambat; menggunakan tingkat kualitas yang dapat diterima
Tidak,
kritikal dari kebanyakan sistem
Ya
|
Kemampuan
untuk digunakan (fitness for use)
Kurang dari
20% atas masalah kualitas karena pekerja lebih berperan
Menghindari
kampanye untuk pekerjaan yang sempurna
Pendekatan
manajemen umum terhadap kualitas, khususnya unsur manusia
10 butir
perbaikan kualitas
Merekomendasikan
SPC, tetapi mengingatkan bahwa SPC dapat mengakibatkan total driven approach
Pendekatan
kelompok proyek-proyek; menetapkan tujuan
Pendekatan tim
dan gugus kendali mutu
Quality is not
free, terdapat suatu optimum
Masalah
pembelian merupakan hal yang rumit sehingga diperlukan survai normal
Ya tapi
membantu pemasok memperbaiki
Tidak, dapat
diabaikan untuk meningkatkan daya saing
|
Sesuai dengan
persyaratan
Bertanggung
jawab untuk kualitas
Kerusakan no
(zero defect)
Pencegahan,
bukan inspeksi
14 langkah
perbaikan kualitas
Menolak
tingkat kualitas yang dapat diterima secara statistik
Suatu proses,
bukanlah suatu program, tujuan perbaikan
Kelompok
perbaikan kualitas dan dean kualitas
Cost of
nonconformance; quality is free
Nyatakan
persyaratan; pemasok adalah perluasan
|
D.
Aplikasi Teori Trilogi Juran Dalam Pendidikan Di Indonesia
Rendahnya
daya saing SDM Indonesia di pasar global membuat sebuah pertanyaan tentang apa
yang harus dibenahi dengan pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang bermutu
dilihat dari sekolah yang bermutu, karena sekolah yang bermutu bisa
menghasilkan SDM bermutu yang bisa hebat di dunia kerja mereka.
Menurut
Juran, masalah mutu terletak pada pengelolaannya. Oleh karena itu lembaga
pendidikan perlu berbenah kembali dalam mengelola sistem pendidikannya jika
tidak ingin terimbas oleh munculnya lembaga-lembaga pendidikan baru yang
dikelola oleh pihak swasta.
Berikut ini aplikasi teori Trilogi
Juran apabila diterapkan dalam pendidikan Indonesia.
1.
Planning (Perencanaan)
a.
Determined our customer (Menentukan Pelanggan Kita)
Dalam
dunia pendidikan, konsumen lembaga pendidikan pemerintah sebenarnya memiliki rentang
yang sangat luas jika saja semua segmen dapat dikelola dengan baik. Dari sisi
internal, konsumen pendidikan terdiri dari guru/dosen, staf tata usaha, kepala
sekolah/dekan/rektor, penjaga sekolah, pegawai Departemen Pendidikan, dan
seluruh karyawan yang bekerja di lembaga pendidikan. Sementara dari sisi
eksternal, seorang balita berusia 2 tahun untuk bisnis playgroup, hingga usia
produktif akhir sekitar 50 tahun untuk jenjang Doktor dapat dijadikan konsumen
eksternal yang potensial. Hal
ini dikarenakan pendidikan yang bersifat universal dan dibutuhkan oleh setiap
orang di dunia sehingga konsumen lembaga pendidikan sangatlah banyak. Namun
tentu manajemen pendidikan bagi tingkat sekolah dasar berbeda dengan tingkat
perguruan tinggi.
b.
Discovered their needs (Menemukan Kebutuhan Mereka)
Pemerintah harus jeli akan
kebutuhan konsumen. Selama ini lembaga pendidikan masih dianggap sebagai
lembaga sosial sehingga cenderung menyediakan jasa mereka seadanya karena sifat
sosialnya tersebut. Selama konsumen mendapatkan pendidikan, pemerintah
menganggap hal itu sudah cukup. Padahal jika kita perhatikan bagaimana pihak
swasta mengelola bisnis pendidikan mereka, ada banyak hal baik yang bisa
pemerintah adopsi.
Dalam sebuah bisnis, konsumen
adalah investasi jangka panjang. Kehilangan satu orang konsumen saja karena
mereka kecewa kualitas produk/jasa yang ditawarkan, maka kita akan kehilangan
10 orang konsumen potensial. Hal ini disebabkan konsumen tersebut membagikan
kekecewaan mereka kepada teman-teman terdekatnya. Hal inilah yang sangat
dijaga oleh pihak swasta. Demi memuaskan konsumen, mereka berani menyediakan
fasilitas yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar agar merasa nyaman ketika
menuntut ilmu di tempat mereka. Pihak swasta cukup jeli memperhatikan apa yang
dibutuhkan konsumen dalam bidang pendidikan dan berhasil menyediakan kebutuhan
mereka yang berorientasi pada masa depan.
Misalnya saja, sekolah dan
perguruan tinggi swasta memperkerjakan tenaga pengajar ahli yang berkualitas
dan membuat teknik belajar yang tidak konservatif. Hal ini membuat
siswa/mahasiswa mendapatkan pengalaman lain selain rumus atau teori semata,
seperti praktek lapangan yang lebih nyata atau cara mengajar guru/dosen yang
menyenangkan dan inspiratif.
Lalu mereka juga memfasilitasi
konsumen dengan buku-buku yang kompeten dan teknologi pembelajaran lain seperti
multimedia dan internet. Fasilitas kursi dan meja yang layak pakai juga harus
diperhatikan dengan baik. Kebutuhan-kebutuhan mendasar dalam proses pengajaran
ini sangat mereka perhatikan sehingga konsumen merasa puas dan nyaman menuntut
ilmu disana meski harus mengeluarkan biaya yang mahal.
Sementara pemerintah, karena masih menganggap sebagai lembaga sosial, lembaga pendidikan masih bersifat konservatif. Pendidikan bukanlah bisnis, sehingga kepuasan konsumen kurang terperhatikan. Konsumen tidak bisa menuntut banyak, apalagi dengan biaya yang murah kadang pemerintah beralasan kekurangan dana untuk memfasilitasi mereka media-media pembelajaran yang berkualitas. Tanpa pamerintah sadari, pola pembelajaran yang konservatif akan membentuk pola pikir yang sederhana pula dan kurang berkreatifitas ketika mereka berada di dunia kerja nanti.
Sementara pemerintah, karena masih menganggap sebagai lembaga sosial, lembaga pendidikan masih bersifat konservatif. Pendidikan bukanlah bisnis, sehingga kepuasan konsumen kurang terperhatikan. Konsumen tidak bisa menuntut banyak, apalagi dengan biaya yang murah kadang pemerintah beralasan kekurangan dana untuk memfasilitasi mereka media-media pembelajaran yang berkualitas. Tanpa pamerintah sadari, pola pembelajaran yang konservatif akan membentuk pola pikir yang sederhana pula dan kurang berkreatifitas ketika mereka berada di dunia kerja nanti.
Keadaan ini berdampak pada jangka
panjang, dimana lulusan lembaga pemerintahan semakin tergeser oleh lulusan swasta
yang memang berkualitas (tidak semua lembaga negeri buruk dan sebaliknya, tidak
juga semua lembaga swasta baik), masyarakat dapat melihat sendiri jika mereka
memiliki uang lebih, akan lebih baik jika anak-anak mereka disekolahkan di sekolah
swasta yang memang sudah berkualitas dan menjanjikan sesuatu yang lebih
daripada sekolah negeri.
c.
Develop
products/service to respond the needs (Mengembangkan Produk/ Melayani Untuk Merespon Kebutuhan Itu)
Bidang pendidikan sebenarnya
menawarkan jasa kepada konsumennya. Jasa bersifat sulit terukur kualitasnya,
namun bisa dirasakan. Karena itu jasa lebih bersifat fleksibel dalam memuaskan
keinginan konsumennya. Setiap konsumen membutuhkan ilmu pendidikan, namun ada
banyak keinginan lain yang ingin mereka dapatkan ketika mereka bersekolah.
Karena itu, lembaga pendidikan harus terus berupaya mengembangkan jasa mereka
demi memenuhi keinginan konsumen.
Misalnya saja, jam belajar yang
padat sering membuat mereka merasa lapar. Jika tempat jajanan/kantin mereka
kotor atau tidak enak makanannya, tentu itu cukup membuat mereka tidak nyaman.
Karena itu, seperti Universitas Kristen Maranatha yang memiliki kantin kampus
terbesar se-Asia Tenggara, menyediakan makanan yang sehat dan lezat bagi para
mahasiswanya. Hal ini membuat mahasiswa nyaman dan menjadi nilai tambah
tersendiri di mata konsumen. Tanpa disadari juga, bahwa kantin tersebut adalah
salah satu bisnis makanan juga yang dikelola oleh pihak universitas untuk
menambah pemasukan kampus.
Juga seperti menyediakan tempat beribadah yang layak, toilet yang terjaga kebersihannya, AC di setiap ruangan dan lapangan olahraga yang luas semakin membuat nilai tambah tersendiri bagi lembaga pendidikan tersebut.
Juga seperti menyediakan tempat beribadah yang layak, toilet yang terjaga kebersihannya, AC di setiap ruangan dan lapangan olahraga yang luas semakin membuat nilai tambah tersendiri bagi lembaga pendidikan tersebut.
Sementara di lembaga pendidikan
pemerintah, mereka cenderung kurang inisiatif dalam mengembangkan
inovasi-inovasi baru yang mendukung kenyamanan belajar para siswa dan mahasiswa
sehingga ada baiknya pemerintah mencontoh apa yang telah dilakukan oleh bisnis
pendidikan swasta itu.
d.
Develop processes able
to produce the product/service (Mengembangkan Kemampuan Proses Sehingga mampu
menghasilkan product/Pelayanan)
Jasa pendidikan pun tak akan pernah
terlepas dari bagaimana proses sebuah paket pelayanan dalam memberikan ilmu
pengetahuan yang membuat siswa/mahasiswa merasa puas. Pemerintah harus
menyadari bahwa ini bukan saja menjadi tanggung jawab tenaga pengajar. Dalam
hal ini guru atau dosen yang berhadapan langsung kepada siswa/mahasiswa dalam
memberikan pengetahuan. Sebuah proses dapat dijalankan dari awal sampai akhir dengan
melibatkan banyak pihak. Ketika mahasiswa baru masuk, maka orang-orang
kepegawaian tata usaha sibuk memasukkan data mereka ke dalam sistem kampus
sehingga mahasiswa baru dapat menerima pelajaran di ruang kelas dan mata kuliah
yang terencana dengan baik. Bayangkan jika nama seorang mahasiswa tidak
terdaftar dalam mata kuliah yang seharusnya ia ambil hanya karena kesalahan
bagian administrasi, tentu dosen pun tidak dapat memberikan pelayanan jasanya
kepada mahasiswa tersebut.
Sehingga ketika sebuah organisasi
ingin mengembangkan kualitas produk atau jasa mereka untuk memenuhi kepuasan
konsumen, hal yang harus mereka perhatikan bukan hanya mengembangkan
produk/jasa apa yang harus diproduksi, tetapi juga bagaimana proses produksi
itu dijalankan agar dapat menghasilkan produk/jasa yang sesuai dengan keinginan
konsumen.
Dalam hal ini,
tingkat manajemen strategik yang dimaksud ialah:
·
Umum : Lembaga
Legislatif dan Eksekutif di pemerintahan yang bertanggung jawab atas sistem
pendidikan di Indonesia.
·
Khusus: Ditjen Dikti
Jika
pendidikan di Indonesia tidak lagi terpusat, melainkan setiap lembaga
pendidikan diberikan kekuasaan otonom untuk mengelola dirinya sendiri seperti
yang dilakukan oleh lembaga pendidikan di Amerika dan Australia, makan tingkat
manajemen strategik berada dalam pengelolaan Ditjen Dikti dan Depdikbud, serta
semua unit seperti kepala universitas, fakultas, dan jurusan.
Mereka
harus bisa membuat sebuah sistem yang terstruktur dengan baik dan jelas agar
proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan sesuai rencana. Bagian
administrasi harus teliti dalam memasukkan data-data mahasiswa, fasilitas
pembelajaran dan alat pendukung harus dipastikan dapat berjalan dengan baik,
lalu kualitas tenaga pengajar yang baik serta metode pembelajaran yang tepat sasaran,
dan masih banyak lagi sisi-sisi yang harus terencana dengan baik oleh Manajemen
Strategik dalam mengembangkan proses pelayanan jasa pendidikan ini.
Misalnya saja, dalam meningkatkan kualitas teknik pengajaran guru dan dosen, Departemen Pendidikan dapat menyelenggarakan seminar atau training tentang metode pengajaran yang modern dan efektif sehingga proses pengajaran mereka pun dapat lebih baik dan berkualitas.
Misalnya saja, dalam meningkatkan kualitas teknik pengajaran guru dan dosen, Departemen Pendidikan dapat menyelenggarakan seminar atau training tentang metode pengajaran yang modern dan efektif sehingga proses pengajaran mereka pun dapat lebih baik dan berkualitas.
2. Control
(Mengendalikan)
a. Evaluate
actual operating performance (Mengevaluasi Secara
Nyata Hasil Yang Dicapai)
Setelah
semua rencana dijalankan, maka kita bisa melihat kenyataan apa yang terjadi di
lapangan. Misalnya saja, masih ada mahasiswa yang namanya tidak tercatat dalam
daftar absensi mata kuliah tertentu, atau sistem pengambilan mata kuliah baru
yang menyulitkan mahasiswa sehingga harus berdesak-desakan di lorong gedung,
dosen yang sering absen atau kurang kompeten di mata kuliah yang dipegangnya,
fasilitas kampus yang banyak macet, meja-kursi sekolah yang banyak rusak karena
ulah jahil anak-anak, atau hal lainnya. Semua masalah itu jika tidak segera
terdeteksi oleh pimpinan atas, maka akan terus terbiarkan sehingga akan menjadi
bumerang suatu saat nanti. Karena
itulah evaluasi sangat perlu dilakukan agar penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi dapat segera diketahui dan dicarikan alternative pemecahannya.
b. Compare
actual performance to goal (Membandingkan Kenyataan Hasil Dengan Tujuan)
Setelah mengetahui kenyataan yang
terjadi di lapangan, maka langkah selanjutnya adalah membandingkan kenyataan
tersebut dengan rencana atau tujuan yang ingin dicapai dari proses pelayanan
jasa tersebut. Misalnya saja, proses belajar seringkali terhambat karena in-focus tidak bisa berjalan dengan
baik. Ini menyebabkan dosen sedikit lambat dalam menyampaikan materi yang
berujung pada tidak terpenuhinya tuntutan silabus. Sementara di awal pihak
kampus menginginkan silabus terpenuhi hingga materi terakhir, karena terjadi
kerusakan fasilitas kampus maka hal itu tidak dapat terpenuhi. Semua tujuan
yang ingin dicapai dan setiap aspek yang mendukung terpenuhinya proses
pengajaran yang berkualitas harus dibandingkan dengan kenyataan yang
sebenarnya.
c.
Act
on difference (Penetapan
Perbedaan)
Setelah membandingkan tujuan yang
ingin dicapai dengan kenyataan yang terjadi, maka pihak kampus harus bisa
mengerti akibat yang ditimbulkan oleh perbedaan rencana semula dengan kenyataan
yang terjadi di lapangan. Misalnya seperti kasus in-focus yang rusak, akibat yang ditimbulkan yaitu konsumen merasa
tidak puas karena jasa dosen yang diberikan tidak sesuai dengan harapan. Atau
ketika teknik mengajar dosen yang konservatif (book oriented) dan guru yang berorientasi pada pekerjaan rumah yang
banyak namun malah membuat siswa malas mengerjakannya, itu akan menurunkan
kualitas pendidikan itu sendiri yang berujung pada menurunnya kualitas sumber
daya yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan tersebut. Karena itu mereka harus
bisa menemukan cara atau perbaikan sistem yang membuat penyimpangan itu tidak
akan terulang kembali.
3. Improvement (Perbaikan)
a. Solution (Memecahkan Permasalahan)
Secara garis besar, permasalahan
utama mengapa pendidikan di lembaga pemerintahan kurang menarik adalah
kurangnya fasilitas memadai dan metode pengajaran yang konservatif. Ini sangat
menarik, karena alasan utama mengapa pemerintah tidak merubah sistemnya
berujung pada terbatasnya dana atau anggaran pendidikan.
Padahal, sebenarnya pemerintah hanya perlu mengubah kebijakan strategik mereka dalam mengelola ‘bisnis sosialnya’ ini. Namun terkadang, kegagalan muncul akibat terlalu spesifiknya sasaran mereka yang mengakibatkan sulitnya dicapai dalam kenyataan.
Padahal, sebenarnya pemerintah hanya perlu mengubah kebijakan strategik mereka dalam mengelola ‘bisnis sosialnya’ ini. Namun terkadang, kegagalan muncul akibat terlalu spesifiknya sasaran mereka yang mengakibatkan sulitnya dicapai dalam kenyataan.
Karena itu ada
beberapa langkah dalam menentukan sasaran strategiknya:
·
Mengumpulkan berbagai
informasi tentang keterampilan yang dibutuhkan siswa/mahasiswa, pada jenjang
mana saja keterampilan tersebut diberikan, konsekuesi apa yang harus ditanggung
jika keterampilan tersebut diberikan kepada siswa.
·
Menyatukan semua
informasi dalam urutan yang logis untuk dapat terealisasikan.
·
Merencanakan
keterampilan yang memang harus dimiliki siswa/mahasiswa dilengkapi analisis dan
alasan yang mendukung mengapa program keterampilan atau kebijakan tersebut
harus diadakan, hal apa yang mendukung dan pengelolaan seperti apa yang
dibutuhkan agar program itu berjalan maksimal.
·
Memutuskan
keterampilan apa yang mampu dilaksanakan dan kebijakan apa yang harus
dikeluarkan untuk mendukung program tersebut.
Sementara untuk mengarahkan pencapaian sasaran tersebut
diperlukan hal-hal seperti ini :
·
Mengkoordinasikan
seluruh keputusan agar berjalan sesuai dengan rencana;
·
Mengkomunikasikan
kepada semua pihak terkait untuk mendukung dan memperlancar program;
·
Memotivasi
semua pihak agar stabilitas program tetap terjaga;
·
Mengarahkan, membimbing
dan menasehati semua pihak dalam mencapai sasaran.
Dari segi manajemen, terdapat
bagian-bagian yang harus terencana secara baik. Yaitu dari segi SDM, keuangan,
pemasaran, juga proses produksi jasa pendidikan tersebut. Dari segi Sumber Daya
Manusia, tenaga pengajar seperti guru/dosen cenderung memiliki peluang sangat
minim untuk menjadi kepala sekolah atau kepala jurusan. Hal ini disebabkan
karena jabatan tersebut hanya membutuhkan satu orang saja. Sementara kualitas
pengajar itu sendiri berbeda-beda, ada yang dapat diandalkan ada pula yang
hanya sekedar menjalankan tugas.
Lalu apa yang membuat mereka termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya ? Career Development (Pengembangan Karir) perlu diciptakan oleh lembaga untuk memotivasi setiap individu yang terlibat. Setiap individu tahu jelas persyaratan yang harus dipenuhi untuk menduduki suatu jabatan tertentu atau tunjangan yang didapat jika kinerjanya dinilai baik. Setiap individu yang mengikuti pelatihan tertentu akan mendapatkan insentif. Juga motivasi dapat diberikan melalui metode rewars and punishment terhadap individu yang berprestasi atau berkinerja buruk.
Lalu apa yang membuat mereka termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya ? Career Development (Pengembangan Karir) perlu diciptakan oleh lembaga untuk memotivasi setiap individu yang terlibat. Setiap individu tahu jelas persyaratan yang harus dipenuhi untuk menduduki suatu jabatan tertentu atau tunjangan yang didapat jika kinerjanya dinilai baik. Setiap individu yang mengikuti pelatihan tertentu akan mendapatkan insentif. Juga motivasi dapat diberikan melalui metode rewars and punishment terhadap individu yang berprestasi atau berkinerja buruk.
Sementara dari sisi proses
pembelajarannya sendiri reformasi terjadi di kalangan siswa/mahasiswa. Teknik
belajar yang interaktif, interaksi muti arah, multidisipliner, kerja kelompok,
tenaga pengajar sebagai fasilitator, mengajarkan bagaimana cara mempelajari
sesuatu, memberikan peluang kepada siswa/mahasiswa untuk mengalami berbagai
gaya belajar, pembelajaran kritis dengan pendekatan pemecahan masalah yang
berorientasi pada masa depan. Pengajar harus bersikap demokratis dan
mengembangkan kemampuannya dengan belajar.
Pendidikan seharusnya mengajari
bagaimana caranya belajar, bukan memberikan instruksi tentang suatu pelajaran
tertentu. Apa yang harus dipelajari sebenarnya tidak terlalu penting, yang
penting adalah bagaimana cara mempelajarinya. Hal ini dapat berguna ketika
siswa/mahasiswa tersebut menemukan realita baru yang terus berganti sehingga
mereka menyadari perlunya belajar seumur hidup.
Lalu karyawan internal yang
bertugas sebagai teknisi harus bisa menyediakan peralatan yang siap pakai,
meminimalisasikan kerusakan melalui perawatan dan pemeriksaan menurut waktu
yang dijadwalkan serta mengganti alat yang sudah habis masa pakainya secara
berkala.
Dari segi biaya pendidikan yang
harus ditanggung, ada 4 jenis biaya yaitu:
biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya
kegagalan eksternal. Biaya pencegahan merupakan biaya yang terjadi untuk
menghindari ketidaksempurnaan program yang akan dijalankan. Biaya penilaian
adalah biaya untuk menilai apakah program memenuhi syarat kualitas untuk
mendeteksi jika kesalahan akan terjadi. Biaya kegagalan internal terjadi jika
ada ketidaksesuaian denga persyaratan dan terdeteksi sebelum program
dilaksanakan. Biaya kegagalan eksternal paling mahal karena terjadi setelah
program dilaksanakan dan merupakan resiko paling membahayakan karena
menyebabkan reputasi buruk dan hilangnya pangsa pasar.
Karena begitu banyaknya biaya yang
terjadi, termasuk biaya operasional, riset dan pengembangan, investasi masa
depan, dll maka diperlukan pemasukan tambahan agar terjadi keseimbangan neraca.
Misalnya biaya yang dikeluarkan
untuk mengadakan training akan menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas. Maka
secara bisnis, hal itu bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan uang kembali.
Organisasi dapat membuat paket pelatihan bagi umum dengan menggunakan tenaga
terlatih itu sehingga akan mendapatkan keuntungan ganda. Lembaga akan dikenal masyarakat,
sumber daya manusia internal dapat mengaktualisasi dirinya dan lembaga
mendapatkan nominal uang. Atau juga lembaga telah membiayai investasi berupa
fasilitas gedung baru atau laboratorium komputer. Dalam kondisi seperti ini
lembaga dapat memanfaatkan fasilitas tersebut saat tidak terpakai untuk
disewakan kepada masyarakat sekitar. Atau bisa juga seperti yang telah
disebutkan di atas, bisnis kantin makanan yang dikelola secara professional di
area sekolah atau kampus dapat menghasilkan pemasukan yang cukup besar juga.
Lalu dari segi pemasaran, lembaga
pendidikan pemerintah pun perlu melakukan pemasaran. Bukan untuk menjaring
konsumen, karena kebanyakan institusi pemerintah tidak pernah kesulitan mencari
konsumen. Tetapi untuk menunjukkan pada masyarakat bahwa lembaga pemerintah pun
masih jauh lebih baik daripada lembaga swasta yang mahal. Hal yang harus
dilakukan adalah :
·
Riset pasar mengenai
data konsumen, meliputi siapa saja dan apa kebutuhan mereka, bagaimana
pandangan mereka tentang pendidikan, bagaimana kemampuan mereka dalam hal
keuangan, tren pendidikan seperti apa yang muncul di kalangan mereka, juga
mendata pesaing melalui analisis SWOT.
·
Menentukan program yang
akan dipasarkan, tempat berdirinya lembaga tersebut (strategis), promosi yang
menarik dan harga yang terjangkau.
Sehingga pada akhirnya jika dari
segi pemasaran, keuangan, SDM, dan produksi jasa dapat terkelola dengan baik,
secara jangka panjang hal ini akan berdampak pada peningkatan kualitas lulusan
institusi negeri yang berujung pada reputasi yang semakin baik dan terdepan.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Manajemen merupakan keniscayaan bagi kehidupan umat
manusia. Sebenarnya tanpa disengaja manusia talah melaksanakan manajemen baik
secara personal maupun secara kolektif (kelompok), baik secara disengaja maupun
tidak disengaja. Namun efektivitas manajemen akan tercapai bila mengetahui ilmu
manajemen dan bisa biaplikasikan dalam keseharian.
Walaupun
lembaga pendidikan telah melaksanakan manajemen dari sejak keberadaannya, namun
lembaga pendidikan perlu meningkatkan inovasi-inovasi manajemen dalam upaya
semakin meningkatkan kualitasnya. Diilhami keberhasilan konsep-konsep TQM yang
dilahirkan untuk peningkatan mutu produksi di pabrik, nampaknya lembaga
pendidikan sangat perlu untuk menerapkan konsep TQM dalam dunia pendidikan.
Apabila
dunia industri meningkatkan mutu produknya berupa benda mati, lain halnya
dengan lembaga pendidikan, dimana yang diproduksi berupa benda hidup
(bergerak), sehingga nampaknya sangat urgen bila konsep TQM yang diaplikasikan
kepada lembaga pendidikan untuk di kembangkan kembali, karena bagaimanapun
produk pabrik yang pasif tidak sepenuhnya bisa disinkronisasi dengan produk
pendidikan yang aktif.
Disamping
itu barometer terhadap kepuasan pelanggan dalam dunia pendidikan masih
menimbulkan penilaian yang agak abstrak, hampir sama juga dengan kurang
jelasnya pengukuran kualitas output yang dihasilkan oleh lembaga.
Masyarakat
pedalaman akan merasa puas terhadap prosesi kegiatan belajar mengajar, bahkan
terhadap output dari lembaga tersebut karena hanya anaknya bisa sekolah, dana
yang relatif murah, dan karena anaknya bisa baca dan menulis. Lain lagi dengan
di perkotaan, tentunya akan lain lagi kepuasan pelanggan terhadap pendidikan.
Hal ini menunjukkan bahwa ukuran-ukuran tersebut sangat kondisional dan tidak
ada ukuran yang relatif sama dengan ukuran kualitas barang yang tidak bergerak.
Namun
bagaimanapun konsep-konsep TQM saat ini masih sangat relevan untuk peningkatan
kualitas lembaga pendidikan, walaupun kita masih perlu melengkapi konsep
tersebut dari segala kekurangan-kekurangannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Gaspersz, Vincent. 2003. Total
Quality Management. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Nasution,
MN. 2001. Manajemen Mutu Terpadu (Total
Quality Management). Jakarta: Ghalia Indonesia
Sallis,
Edward. 2011. Manajemen Mutu Terpadu
Pendidikan Peran Strategis Pendidikan di Era Globalisasi Modern.
Jogjakarta: IRCiSoD
Tjiptono, Fandy , & Diana,
Anastasia. 2003. Total Quality Management. Yogyakarta: Andi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar