2 Mei 2021

Tugas CGP 1.1.a.10 Aksi Nyata Penerapan Pemikiran Ki Hajar Dewantara Di Sekolah dan Di kelas

 

JURNAL REFLEKSI

AKSI NYATA

Penerapan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara di Kelas dan Sekolah pada Modul 1.1

 

Disusun Oleh : Achmad Hufron, S.Pd.Jas, M.Pd 

Fasilitator : Imyatun Muayanah, S.Pd

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      LATAR BELAKANG 

Ki Hajar Dewantara adalah bapak pendidikan Indonesia. Beliau mengajarkan untuk konsep pendidikan dengan metode “Merdeka Belajar”. KHD melihat bahwa pengajaran merupakan bagian dari pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidikan merupakan tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.

Pendidikan yang tidak menganggap semua peserta didik sama, dengan beban yang sama, tanpa melihat minat dan bakat dari masing-masing peserta didik. Kajian tentang pendidikan oleh KHD sangat luar biasa dan hal ini ditanggapi oleh Kementrian Pendidikan dan Kebubudayaan Republik Indonesia dengan kesungguhan yang nyata mengembangkan konsep “Merdeka Belajar”. Untuk mengembangkan konsep tersebut pemerintah menyelenggarakan kegiatan Guru Pengerak. Program guru penggerak membentuk guru sebagai guru pemimpin pembelajaran.

Pada masa pendemi sekarang ini, seorang guru dituntut untuk tetap memberikan pengajaran kepada peserta didiknya. Termasuk guru penggerak harus terus bergerak, berubah dan diharapkan menjadi pioner dalam mensukseskan program merdeka belajar dengan membentuk pelajar pancasila.

Kesiapan guru dan murid dalam penyelenggaraan pembelajaran di masa pandemi Covid 19 mengalami kesulitan mendasar yang disebabkan adanya perubahan pembelajaran tatap muka berubah menjadi  daring. Dengan adanya hal tersebut pendidikan tetap harus jalan tidak boleh berhenti. Pendidik, peserta didik, dan orang tua dipaksa untuk beradaptasi dalam pembelajaran. Peserta didik harus tetap memperoleh perhatian dan  layananan pendidikan yang baik. Mengingat tujuan pendidikan  nasional Indonesia yaitu mencerdakan kehidupan bangsa. Sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara, pembelajaran hendaknya dapat menyesuaikan dan menjawab tantangan kodrat zaman yang sedang terjadi pada saat ini. Dengan sistem daring maka seorang guru, murid dan orang tua harus siap dengan media informasi dan komunikasi dengan internet.

Tantangan yang sangat luar biasa bagi Calon Guru Penggerak untuk mengimplementasikan pengalaman yang didapat untuk mewujudkan “Pelajar Pancasila”. Penulis berkomitmen untuk penerapan pelajar pancasila di SDN 1 Selang dengan fokus kepada perwujudan “gotong royong”. Hal ini penulis usung karena sesuai dengan adat istiadat dan budaya di lingkungan penulis.

B.       GOTONG ROYONG

Menurut Abdillah (2006) “gotong royong berasal dari kata dalam Bahasa Jawa, atau setidaknya mempunyai nuansa Bahasa Jawa. Kata gotong dapat dipadankan dengan kata pikul atau angkat. Kata royong dapat dipadankan dengan bersama-sama. Dalam bahasa Jawa kata saiyeg saeko proyo atau satu gerak satu kesatuan usaha memiliki makna yang amat dekat untuk melukiskan kata royong ini”. Adapun pengertian gotong royong menurut Sudrajat (2014, hlm. 14) mengatakan bahwa “Gotong royong adalah sebagai bentuk solidaritas sosial, terbentuk karena adanya bantuan dari pihak lain, untuk kepentingan pribadi ataupun kepentingan kelompok sehingga di dalamnya terdapat sikap loyal dari setiap warga sebagai satu kesatuan”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gotong royong adalah bentuk solidaritas dan bantuan orang lain untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan kelompok dilandasi rasa kebersamaan untuk menyelesaikan sebuah kegiatan atau pronyek tertentu.

Dalam Kompas.com dijelaskan bahwa sikap gotong royong memiliki nilai-nilai luhur, di antaranya: (1) adanya sikap kerja sama yang tinggi; (2) menjunjung tinggi sikap kekeluargaan; (3) sikap hormat menghormati teman kerja; (3) mengutamakan kerja keras; (4) dan mengutamakan kepentingan bersama. Kemudian beberapa contoh kegiatan gotong royong di sekolah, di antaranya: (1) membersihkan ruang kelas bersama; (2) membersihkan taman sekolah; (3) membersihakn tempat ibadah di sekolah; (4) membersihkan toilet bersama; (5) mengumpulkan sampah dan membuangnya di tempat sampah; (6) merapikan kursi dan meja di dalam kelas membagi jadwal piket secara adil; (7) menentukan ketua kelas; (8) memperindah lingkungan sekolah; (9) membersihkan dan merapikan perpustakaan sekolah; dan (10) mengerjakan mading sekolah Belajar kelompok bersama teman-teman.

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.      PERUBAHAN KONSEP DIRI TENTANG PEMBELAJARAN

Hal-hal positif pemikiran KHD yaitu pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidikan sebagai tuntunan tidak hanya menjadikan seorang anak mendapat kecerdasan yang lebih tinggi dan luas, tetapi juga menjauhkan dirinya dari perbuatan jahat. Disamping itu tujuan menurut KHD adalah manusia merdeka, merdeka baik secara fisik, mental, dan kerohanian. Kemerdekaan pribadi dibatasi oleh tertib damai kehidupan bersama, dan ini mendukung sikap-sikap seperti keselarasan, kekeluargaan, musyawarah, toleransi, kebersamaan, demokrasi, tanggungjawab, dan disiplin. Manusia merdeka adalah seseorang yang mampu berkembang secara utuh dan selaras dari segala aspek kemanusiaanya dan yang mampu menghargai dan menghormati kemanusiaan setiap orang.

Pengetahuan dan pengalaman yang saya dapat dari hasil belajar Pemikiran KHD yaitu manusia merdeka, merdeka dalam arti dalam masyarakat mengedepankan sikap kekeluargaan, musyawarah, toleransi, kebersamaan, agamis, dan demokratis. Anak-anak dapat mengembangkan minat dan bakatnya sesuai dengan keinginan. Budaya-budaya daerah tetap berjalan dan dijalankan oleh masyarakat. Ritual-ritual adat, musyawarah RT, RW dan lain sebagainya tetap dijalankan.

Kekuatan yang ada pada diri saya adalah rasa ingin tahu dan ingin belajar yang besar, berkemauan keras, dan berorganisasi serta bekerja sama dengan rekan sejawat. Hal ini sebagai modal dasar saya untuk menerapkan pengetahuan dan pengalaman baru ini sesuai ajaran KHD.

Hal yang perlu saya ubah adalah tepat waktu. Dalam arti jangan menunda-nunda pekerjakan, jika bisa dikerjakan sekarang ya dikerjakan sekarang jangan menunggu nanti. Yang kedua lebih menbuka diri terhadap pendapat, kritik, dan saran baik dari teman sejawat maupun dari pimpian.

Perubahan kongkretnya adalah membantu mewujudkan pelajar pancasila sesuai dengan situasi dan kondisi serta daya dukung yang dimiliki sekolah. Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

B.       AKSI NYATA

Setelah saya mempelajari modul 1.1 ini tentang pemikiran KHD. Saya tersadar bahwa peserta didik dilahirkan dengan bentuk dan karakter yang berbeda-beda. Dilahirkan di kondisi geografis yang berbeda, serta latar belakang keluarga, sosial, dan budaya yang berbeda pula. Setiap anak dilahirkan memiliki minat dan bakat masing-masing. Hal ini membuat pola pikir setiap anak juga berbeda pula. Guru dituntut untuk menjadi pamong peserta didiknya, mengantarkan peserta didik berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya melalui rasa cita kasih dan sistem asah asih asuh. Guru bersifat sebagai pelayan pendidikan untuk peserta didiknya. Membantunya, serta mendampinginya sampai mereka menjadi seorang yang punya budi bekerti baik dan pengetahuan serta ketrampilan yang baik pula sesuai dengan karakteristiknya.

Proses pembelajaran membuat peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu. Guru sebagai fasilitator ketika pembelajaran, pembimbing dalam berperilaku, teman pada saat keseharian dan Guru adalah pamong peserta didik agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya. Guru mengarahkan siswa agar mempelajari materi sesuai setandar kurikulum yang telah di tentukan oleh pemerintah. Dalam pembelajaran di kelas siswa aktif  dan kreatif serta mampu bekerja sama dengan teman-temannya. Berbagai bentuk kegiatan dalam pembelajaran seperti pembagian tugas meminpin doa, menanamkan nilai nasional, mengingat Kembali, membaca, berkolaborasi, tanya jawab dan membuat kesimpulan.

Yang segera saya terapkan dikelas yaitu mengadopsi dari pemikiran KHD. Memfasilitasi peserta didik untuk berkembang sesuai dengan minat dan bakatnya. Membuat suasana belajar yang menggembirakan tanpa ada tekanan-tekanan yang membuat bosan dalam proses pembelajaran. Guru adalah seorang penuntun, ibarat seorang petani, masing-masing benih yang ditanam akan tumbuh sesuai dengan jenisnya. Ditanam padi tumbuh padi, di tanam jagung tumbuh jagung. Tanaman itu harus dirawat dengan baik, diberi pupuk yang baik, disiangi dan selalu di siram. Tanaman tidak bisa dibiarkan begitu saja dan ditunggu hasil panennya. Akan menekankan pendidikan budi pekerti, karakter dan kondisi siswa, membimbing siswa untuk memupuk bakat yang sudah ada melalui kegiatan ekstra kurikuler, menanamkan budaya sopan santun dalam bertutur kata dan berperilaku, selalu menjaga tata krama dan etika, memupuk jiwa nasionalisme, membimbing kolaborasi dengan cara diskusi kelompok. Karena dengan diskusi kelompok melatih siswa untuk mendengarkan pendapat orang lain, melatih berpendapat, menjaga kebersamaan, percaya diri, tanggung jawab dan berani tampil di muka umum Ketika mempresentasikan hasil diskusi.

Menumbuhkan rasa gotong-royong sebagai rasa perwujudan dari kebersamaan dan rasa saling menghargai. Gotong-royong akan menimbulkan iklim yang kondusif dalam lingkungan. Keakraban yang terjalin akan semakin mensolidkan jiwa saling memiliki antara satu dengan yang lainnya. Sehingga terbentuk jiwa saling melindungi dan menjaga, serta saling mengingatkan jikalau ada sesuatu yang kurang baik atau membahayakan datang. Dengan gotong royong  peserta didik memiliki rasa kepedulian, empati, dan kerja sama. Peserta didik dan guru menjenguk peserta didik yang sedang sakit, untuk mewujudkan rasa cinta kasih, rasa saling menolong, rasa saling peduli kepada masyarakat luas yang sedang membutuhkan uluran tangan  untuk membantu sesama. Dan setiap hari Jumat di sekolah kami melaksanakan kegiatan kerja bakti atau gotong royong dalam menjaga kebersihan bersama. Pada saat pembelajaran olahraga dibagi menjadi beberapa kelompok untuk latihan berkompetisi, bekerja sama, mengatur strategi demi mencapai tujuan bersama yaitu kemengan. Agar pembelajaran ini menarik dan menyenangkan saya memperbanyak permainan dan penyediaan sarana prasarana walaupun itu adalah modifikasi alat yang tidak sesuai dengan standar peraturan suatu cabang olahraga.

Metode pembelajaran yang saya gunakan adalah blanded learning yaitu menggabungkan tatap muka dan daring. Pembelajaran tatap muka dapat dilakukan dengan cara offline atau  online. Pembelajaran tatap muka offline adalah pembelajaran tatap muka yang dilaksanakan di kelas seperti pada umumnya sebelum pandemi. Sedangkan pembelajaran tatap muka online merupakan pembelajaran yang memanfaatkan perkembangan teknologi seperti googe meet dan zoom, atau aplikasi lainnya. Pada saat pembelajaran online saya lebih sering menggunakan aplikasi google meet. Dan ketika pembelajaran dilakukan secara offline, guru hom visite secara terbatas dengan sistem kelompok ke rumah siswa. Satu kelompok berjumlah 4-6 anak. Kami tetap dengan ketentuan protokol kesehatan yang ketat dan mematuhi 5 M, yaitu mencuci tangan, mengenakan masker, menjaga jarak, mengurangi mobilitas, menjauhi kerumunan.

Pada pembelajaran secara daring saya menggunakan aplikasi google clasroom, google meet, google form dan WhatsApp. Hai ini dilakukan karena melihat tidak semua peserta didik memiliki perangkat yang lengkap. Peserta didik yang tidak dapat membuka google clasroom dapat membaca materi pembelajaran yang dikirim melalui WhatsApp Group.  Peserta didik, orang tua, dan saudara yang lain dapat membuka dan membacanya berulang-ulang kapan pun saat ada waktu. Dalam pengumpulan tugas perserta didik diberi keleluasaan waktu dan kreativitas dalam menjawab.

C.      GAMBAR AKSI NYATA




 



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


D.      KENDALA DALAM PELAKSANAAN AKSI NYATA

Kendala yang muncul dalam pelaksanaan aksi nyata diantaranya yaitu kebiasaan peserta didik yang berbeda antara di rumah dan di sekolah. Peserta didik sat ini di rumah terkadang dimanjakan oleh orang tuanya. Jarang sekali diberi pengalaman untuk melakukan kegiatan-kegiatan harian, seperti menjaga kebersihan rumah, dan lingkungan. Hal ini mengimbas ketika diadakan kegiatan tersebut di sekolah maka peserta didik tersebut akan ogah-ogahan terkadang malah malas-malasan dan hanya mengganggu temannya yang sedang bergotong royong.

Dalam pembelajaran tugas-tugas daring yang terkumpul sekitar 60%. Hal ini terjadi karena tingkat kejenuhan yang tinggi dirasakan anak-anak yang belajar cukup lama di rumah. Kasus tertentu seperti pada saat PTS dan PAS secara daring, tugas dapat terumpul 100%. Pengawasan orang tua yang kurang dalam pelaksanaan bembelajaran daring di rumah. Hal ini dapat dimaklumi karena beban kerja orang tua yang cukup berat. Perangkat yang dimiliki setiap peserta didik berbeda-beda dan terkadang kurang memadai. Terkadang Satu handphone digunakan oleh lebih dari satu orang anak dan juga kadang berbagi dengan orang tua. Pemenuhan kebutuhan kuota yang cukup berat,  karena disamping utun pembelajaran terkadang anak menggunakan gutget untuk bermain game. Jadikuota cepat habis.

E.       RENCANA PERBAIKAN BERIKUTNYA

Hal yang akan saya lakukan adalah mempererat koordinasi antara teman sejawat, orang tua/wali dalam konsep pelajar pancasila terutama gotong royong. Dengan adanya kesamaan persepsi diharapkan mampu menyamakan pembiasaan aktivitas di rumah dan di sekolah selalu berkelanjutan. Dalam pembelajaran lebih membuka komunikasi dengan membuka layanan kosultasi melalui was up berupa perhatian secara individu bagi peserta didik yang belum maksimal dalam melaksanakan pembelajaran dan pengumpulan tugas-tugas dalam pembelajaran.

 

BAB III

PENUTUP

Pemikiran Ki Hajar Dewantara sangat luat biasa dengan “memerdekakan belajar”. Tidak memaksakan bahwa setiap siswa diberi beban yang sama dan semua harus dikuasai dengan baik. Model ini memberikan ruang untuk peserta didik mengembangkan potensi sesuai dengan minat dan bakatnya. Dalam pembelajaran diharapkan siswa menjadi pusat pembelajaran, dapat menumbuhkan rasa bahagia dalam mengkuti pembelajaran, pemenuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam mendukung proses pembelajaran.

 

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Baikuni. 2006. Gotong Royong Sebagai Budaya Bangsa. Humaniora utama: Bandung.

Sudrajat, Ajat. (2014). Nilai-Nilai Budaya Gotong Royong Etnik Betawi Sebagai Sumber Pembelajaran IPS. Disertasi, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/10/130229969/contoh-kegiatan-sekolah-yang-membutuhkan-gotong-royong. Diakses tanggal 2 Mei 2021 pukul 09.00 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aksi Nyata Modul 3.3

  Aksi Nyata Modul 3.3. Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid Oleh: Achmad Hufron, S.Pd.Jas CGP Angkatan 2 Kabupaten Kebumen F...